Selasa, 20 Juli 2010

Eclipse

No comments    
categories: 

sudah lama ya saya tak mengulas film.
haha, makanya saya jadi teringat kalau ada film yang belum saya paparkan.

Ingat dengan Eclipse?
ya, betul sekali, salah satu bagian dari Twilight Saga versi Stephanie Meyer telah rilis filmnya pada akhir Juni 2010. Namun seperti tulisan saya sebelumnya, saya tak akan menceritakan sinopsis dari film itu, karena dapat dilihat disini.

pada awal Juli, tersiar hastag #EclipseFail di Twitter. ada apa dengan film yang konon menjadi daftar tunggu dominasi remaja di dunia, apalagi yang perempuan. Mengapa malah gagal?

Sejak rilisnya film Eclipse di Indonesia, tak kunjung terlihat Eclipse menjadi Trending topic di Twitter. Padahal sudah bukan berita lagi kalau Indonesia yang memiliki user terbanyak di Twitter untuk ukuran Asia, biasanya memegang peran penting dalam menciptakan Trending Topic. Tapi kok tidak ada ya, Trending Topic tentang Eclipse. Malah yang keluar adalah "Expecto Patronum", "Deathly Hallows", dan "Azkaban". Agak tak nyambung malah. Usut punya usut, topik ini menjadi laris karena Trans TV sempat menanyangkan Harry Potter and the Prisoner of Azkaban dan Trailer dari Harry Potter and Deathly Hallows part 1 sudah keluar. ckck, malah jadi terbalik begitu ya..

karena penasaran seberapa mengecewakannya Eclipse, maka saya pun menyempatkan waktu untuk menonton film itu. apalagi ada teman yang mengajak, tancap sajalah akhirnya.

Ternyata memang benar. saya memberikan tiga bintang dari rating lima bintang untuk film Eclipse, itu artinya biasa biasa saja. satu-satunya adegan yang menarik adalah ketika Jessica membacakan graduation speech-nya. Itu pun karena kata-kata di dalam pidatonya memang sangat luar biasa menyentuh.

"When we were five, they asked us what we wanted to be when we grew up. Our answers were things like, astronauts, president... or in my case, a princess.
[the students and parents chuckle lightly]
When we were ten, they asked again. We answered, a rock star, cowboy, or in my case, a gold medalist. But now that we're grown up, they want a serious answer. Well, how about this. Who the hell knows?
[the other students cheer and applaud]
This isn't the time to make hard and fast decisions; this is a time to make mistakes. Take the wrong train and get stuck somewhere. Fall in love... a lot. Major in philosophy, because there's no way to make a career out of that. Change your mind, and change it again, because nothing's permanent. So, make as many mistakes as you can. That way, someday, when they ask what we want to be, we won't have to guess... we'll know. "

Saya bingung mau dibawa kemana arah dari Twilight Saga ini. Karena sebacanya saya di novel, Eclipse adalah novel dari Twilight Saga yang paling emosional. stephanie berhasil mengobrak-abrik perasaan terdalam pembaca. Itu karena Stephanie menuturkan cerita dari sudut pandang Bella Swan, karena perempuan pasti lebih dominasi perasaan. Namun, penggambaran emosi dari setiap tokoh juga dapat dirasakan dengan sangat gamblang. Eclipse di novel, bukanlah cerita action, apalagi cerita heroik. Eclipse menurut interpretasi baca saya adalah cerita menye menye tentang emosi, cerita cinta.

Eclipse menyediakan porsi sedikit untuk aksi berantem beranteman. di alur perangnya pun yang lebih ditonjolkan adalah bagaimana perasaan dari setiap tokoh. bukan betapa hebatnya perang tersebut berlangsung. Apalagi mengingat Twilight menset porsi yang jauh lebih sedikit daripada Eclipse untuk bagian action. Namun, yang tervisualisasi di filmnya justru terbalik. Eclipse malah menjadi film perang yang sarat oleh aksi heroik dari masing-masing tokoh. Sedangkan sisi emosional tak ter-blow up.

Ini melenceng dari pikiran saya. apa-apaan ini Eclipse mengganti topeng begitu saja. Harusnya ini menjadi film cinta bukan film action. Apakah si sutradara ingin menampilkan citra Eclipse yang seperti itu? Terkesan ingin mengikuti pola Harry Potter. untuk kasus bocah bertanda petir di dahinya ini jelas, Harry Potter adalah novel yang sarat oleh trik-trik berlatih mantra juga duel sihir. Ini baru namanya cerita action. Lha terus kenapa Eclipse malah kesannya ingin mengekor?

Tak tahu apakah ini hanyalah penilaian subjektif saya seorang ataukah ada yang setuju di luar sana?

Oh iya, di novel Eclipse, pembaca dapat memahami kegalauan Bella Swan saat harus memilih antara Jacob dan Edward. Pembaca dapat memaafkan jika Bella seperti bimbang. Karena ada penjelasan lewat penggalian perasaan betapa memilih adalah hal yang sangat sulit. Namun, karena sisi ini lupa diangkat di film, jadi terkesan Bella itu (maaf) "murahan". Karena kentara sekali Bella yang nemplok pada Edward tapi sedetik kemudian bisa bersandar erat pada Jacob. Oooh, penonton kecewa.

Namun, tentu saja ada beberapa unsur dari film itu yang saya acungi jempol. Saya melihat script writer film ini jago sekali meringkas cerita yang efisien tapi tetap nyambung. Karena ada film Harry Potter yang sejarahnya malah sulit dimengerti bagi mereka yang hanya menonton filmnya. Namun kali ini di Eclipse, saya menyukai betapa bagus kerja script writer. Dialog-dialog inti tidak terlewatkan namun tetap ringkas dan efektif.

Selebihnya?

haha, Eclipse bukanlah film yang ingin saya tonton dua kali.

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?