Saya menulis apa yang saya sukai. Bukan apa yang orang inginkan.
Ibarat kata, idealisme penulis lah. Gak peduli ada yang baca atau tidak, tapi yang penting diri terpuaskan. Namun, ada beberapa waktu dimana prinsip ini tidak bisa dipakai. Apalagi menyangkut topik-topik yang sekiranya tidak bisa ditulis dengan "semau gue".
Saya dulu menulis essay kritis. Sebuah genre yang mengkhususkan diri pada kajian teori dan argumentasi mantap. Jika tidak ada pondasi teori yang kokoh, hancurlah essay tersebut. Argumentasi penulis menjadi lemah, imbasnya adalah tulisan menjadi tak bernyawa lagi. Begitu kira-kira kekuatan teori dalam essay kritis.
Genre ini saya tulis dan dalami selama kurang lebih dua tahun. Lewat genre ini saya menyadari bahwa saya menikmati kegiatan menulis disertai serunya berdiskusi sampai pagi. Saya selalu ingin tahu tentang banyak hal dan membagikannya diatas selembar kertas. Saya belajar jurnalistik. Memahamai bagaimana sebuah berita bisa saja membuat satu negara damai, sekaligus bom awal terpecahnya peperangan antar negara. Saya ingin menjadi jurnalistik suatu hari nanti, dengan spesialisasi tulisan feature.
Lihat apa yang saya lakukan sekarang? Alih-alih menulis essay kritis, saya malah asyik memaparkan kontemplasi dan bermain dalam jalinan kata deskriptif. Saya menyukai anak kalimat. Yang mana, dalam straight news dan essay, hal ini sangat dihindari. Saya mengalami transformasi genre.
Setiap ada aksi, akan selalu timbul reaksi yang menyertainya. Reaksi positif banyak datang dari teman-teman saya yang mulai mau mebaca tulisan saya, karena bahasanya maupun topiknya agak ringan. Reaksi dengan berlawanan tanda datang dari beberapa teman saya yang mengetahui kemampuan saya menulis essay kritis. Walaupun essay saya masih sangat jauh dari kata sempurna, beberapa dari mereka ada yang mengharapkan saya tetap di genre essay.
Saya malah sekarang ingin mencoba fiksi. Sejak dahulu, saya belum berhasil membuat fiksi lengkap dengan reaksi positif dari pembaca. Oleh karena itu, ingin sekali menjajal kembali.
Saya menulis apa yang saya sukai. Bukan apa yang orang inginkan.
Maka saya memutuskan untuk berada di genre saya ini. Mungkin ini akan menjadi multigenre, karena saya tak akan berpuas diri hanya di satu genre. Saya ingin menjadi penulis. Saya ingin memiliki buku solo :)
Mungkin apa yang saya tulis, tak masuk hitungan mereka sebagai tulisan. Mungkin ini hanya ungkapan hati saja, atau totally wasting time. Well, itu terserah mereka. Saya merasa sudah menulis. Cause i did! Dan sepertinya saya tak terlalu nyaman menjadi deep thinker. Maybe i was born for being action maker :)
Kamis, 11 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?