Writing Skill

Bayak orang mengasosiasikan kata "penulis" dengan fiksi. Oke penulis fiksi memang sangat membooming seperti trend. Disaat rak teenlit dan chicklit di Gramedia makin sesak, dan daftar "Best Seller" selalu punya tempat untuk tulisan fiksi, saya gak bisa menyalahkan mereka yang terkutub pada fiksi. Setiap saya ditanya, apakah benar saya seorang penulis, maka dominasi respon yang datang adalah menyangka bahwa saya sedang membuat novel, cerita pendek, pokoknya fiksi.

Well, bisa dibilang, kemampuan menulis fiksi saya gak sebagus menulis artikel. Saya emang pengen banget menulis fiksi. Terutama fiksi dengan sudut pandang orang ketiga. Dimana saya bisa melihat semua bagian cerita dari banyak sisi dan bisa memisahkan diri saya dengan emosi yang saya rajut di fiksi. Sebut ini sebagai penyembuhan diri dengan menulis.

Someday, saya juga pengen banget bisa nulis fiksi. Terutama cerita pendek. Sejauh ini saya mengagumi cara Sitta Karina menulis. Tulisannya yang cerdas, karena disertai dengan riset mendalam sebelum menulis, mampu memukau saya dengan segala fakta yang ia beberkan. Jadi gak sekadar membaca fiksi, tapi saya juga merasa mengelilingi dunia atau mempelajari bahasa baru. Salut. Belakagan ini, saya malah terpolarisasikan ke gaya menulis Farida Susanty. Gaya penulisannya yang unik, selalu menghadirkan ending tak tertebak dan yang paling saya suka, nuansanya gothic. Aura pathetic dan penuh kontemplasi, namun ga langsung buat kita malah down, ini malah membuat saya terkagum kagum karena bisa aja penulis yang satu ini mengeksplorasi perasaan tanpa membuat si pembaca bosan atau lari dari alur.

Perjalanan saya untuk mengeksplorasi gaya menulis fiksi saya masih panjang. Hope i could define soon. It could be awesome if I could write both fiction and nonfiction :)


P.S : untuk ngintip tulisan Farida Susanty, coba bolak balik kumpulan cerpennya yang berjudul Karena Kita Tidak Kenal atau novel pertamanya yang suasana "hitam" sangat kental berjudul dan Hujan Pun Berenti. Dijamin akan terpukau :)