Dua bulan yang lalu, saya sempat bertemu dengan @ogiwicaksana yang dengan semangatnya mengusulkan satu konsep tentang pemerataan softskill tentang organisasi di kota-kota besar Indonesia. Ini berawal dari kita yang di Jakarta sering banget dengar komentar senada "Enak ya disana kalo mau buat acara besar, gampang", "Gimana sih cara dapetin dana besar untuk acara?", atau "Ih kok bisa sih ngelobi pembicara keren?" dari anak muda di kota lain. Padahal, kalo diliat-liat, anak muda di kota lain lah yang sebenarnya punya potensi besar dan ide lebih inovatif. Hemm, disini mungkin letak permasalahannya adalah mereka belum tahu trik-trik buat aksi yang keren, kreatif, didukung oleh dana, dan berlangsung lancar.
Tercetuslah @kitamuda, yang menjadi atap dari (rencananya) roadshow workshop #KlasikMuda di beberapa kota. Beruntung sekali kota pertama yang kita datangi adalah Surabaya. Mengingat mas @bukik sudah mengiyakan untuk membantu, serta beberapa pengisi acara yang sukarela membagikan ilmu mereka secara gratis alias probono. Sebut saja ada Save Street Child Surabaya, Akademi Berbagi Surabaya, Forum for Indonesia, Indonesia Bercerita, AV Peduli, Suara Pemuda Anti-Korupsi, dan masih banyak lagi. Dari sinilah #KlasikMuda Surabaya berani digelar.
Karena konsep kita adalah mengenalkan komunitas keren di kota mereka sendiri, kita membatasi peran komunitas diluar kota Surabaya. Lihat saja #KlasikMuda Surabaya ini lebih banyak diisi oleh komunitas dari kota pahlawan sendiri. Jadi anak muda Surabaya bisa melihat sebenarnya ada begitu banyak orang keren di sekitar mereka.
Acara ini digelar dengan persiapan dua bulan saja. Satu bulan dihabiskan untuk menggodok konsep dan mencari pendanaan, sedangkan sisa satu bulan dimanfaatkan untuk publikasi. Khusus untuk publikasi dan penjaringan peserta, kami murni memakai social media. Agak deg-degan juga sih melihat waktu yang mepet sedangkat kuota peserta adalah 25 orang. Apa akan terpenuhi? Bagaimana jika kurang? Apakah lewat social media saja cukup?
Tapi respon yang masuk sungguh membuat kami kaget. Sejak hari pertama publikasi, sudah ada lebih dari lima orang yang mendaftar dan terus terakumulasi sampai kita harus menghentikan pendaftaran di tanggal 20 Januari 2013. Total ada 53 peserta dan beberapa dari mereka berasal dari luar Surabaya, sebut saja Kediri, Yogyakarta, Purwokerta, Malang, dan Sidoarjo. Jujur speechless banget liat besarnya antusias anak muda yang segininya.
Pihak panitia harus memilih 25 orang saja yang potensial untuk ikut #KlasikMuda Surabaya. Fokusnya adalah mereka yang sudah punya komunitas sosial atau setidaknya pernah jadi bagian dalam aksi sosial. Kenapa ini penting? Karena ke depannya, mereka harus membuat aksi di komunitas sendiri (atau bisa juga antar komunitas). Kalau dipilih yang masih awam, bakal susah dong ngegodoknya :))
Peserta yang berhasil dipilih itu keren-keren banget semuanya. nggak nyangka Surabaya dan sekitarnya punya potensi yang segini uniknya. Kebanyakan dari mereka sudah punya komunitas sosial dan tahu apa yang harus dilakukan saat melakukan aksi sosial. Nah, nanti pas proses workshop, tinggal menajamkan saja. Keren :)
Salah satu tantangannya sih, adalah ketidaktahuan peserta saat pertama diminta untuk datang tiga hari full. Ada saja alasan untuk datang telat atau tidak datang sama sekali di hari pertama atau kedua. Padahal, absennya peserta di salah satu hari akan membawa dampak yang besar di proses keseluruhan peserta tersebut. Mungkin peserta belum tahu metode Appreciative Inquiry yang dibawakan mas @bukik memang menuntut kehadiran 100% (kayak kuliah aja :P)
Tapi overall, acara #KlasikMuda Surabaya berjalan lancar selama 3 hari. panitia tersedia, peserta senang, dan pastinya semangat untuk membuat aksi setelah ini terus mengalir. Mau tahu tentag sesi-sesi di #KlasikMuda Surabaya? Pantengin disini ya :)
--
hit me on @dinikopi
Rabu, 30 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?