Jangan samain cowok sama cewek. Mereka nggak punya geng atau paguyuban buat diskusi soal bagaimana cara melamar perempuan sampe kaget kejengkang. Cowok itu punya tuntuan sosial yang membatasi mereka nggak hobi diskusi ide lamaran atau tanya tips romantis ke sesama cowok. Mereka dituntut untuk selalu tahu dan serba bisa melakukan semuanya. Kalo keliatan nggak bisa, bakal dipandang sebelah mata sama masyarakat, khusunya sesama cowok. Kejam ya.
Makanya saya sempet buat blog "Akhirnya Dilamar" yang isinya prosesi cowok nanya "Will you marry me" ke ceweknya biar mereka bisa browsing dan bertukar ide diam-diam di blog itu dari orang yang udah pernah melakukannya.
Gambar dari sini |
Sejak saya pertama kali ketemu pacar, saya tahu ini bukan hubungan menye-menye nan romantis yang memanjakan sisi melankolis kami berdua. Dari pertama ketemu, saya tau hubungan kami bakal keras, penuh tantangan, dan banyak proyek serta kolaborasi yang musti diwujudkan. Kami saling memaksimalkan potensi masing-masing demi tunainya passion agar hidup makin bermakna. Kepengen bikin ini, kepengen ke tempat anu, kepengen cobain hal macem-macem. From the first, I know we would be amazing together.
Jadi emang saya nggak berharap dilamar aneh-aneh pake balon, bunga, dan ngundang orang sekampung buat jadi saksi lelaki kesayangan ini melamar saya. Kalo ditanya kepengen apa nggak, ya kepengen sih. Tapi saya lebih sayang sama uangnya. Bhuahaha, itu alokasi dana tanya "Will you marry me" aja sampe berapa, padahal semua orang juga tahu saya mau kok nikah sama dia. Plus, kita berdua lagi sibuk-sibuknya ngurus kerjaan dan proyek jadi emang gak kepikiran sama sekali.
Toh di hari-hari setelah menikah nanti, kami berdua akan saling menguatkan di masa-masa penuh tantangan dan bukan hanya mengharapkan momen mewah agar hubungan kembali hangat. Pacaran dan romansa itu perlu, tapi kalau sampai merepotkan kayaknya kok ya gak tega. Mending buat mikir yang lain, hehehe.
Sejak dulu omongan nikah selalu ada dalam topik pacaran kami. Tapi karena masih banyak kerjaan dan proyek yang dikerjain berdua, jadinya ketunda melulu. Nah keluar lagi lah topik nikah yang akhirnya diseriusin, di penghujung akhir tahun 2015. Karena udah sama-sama tahu kalo saling sayang dan mau menikah, si pacar langsung dateng ke rumah buat meminta restu orang tua saya untuk meminang anak tertua mereka :">
Itu adalah salah satu momen mendebarkan bagi saya. Kayak terdengar sayup-sayup lagu "Marry Your Daughter" gitu, ciyeee.
See in this box is a ring for your oldest.
'Cause very soon I'm hoping that I can marry your daughter and make her my wife. I want her to be the only girl that I'll love for the rest of my life. And give her the best of me 'til the day that I die
Daaan seperti yang udah diperkirakan, kedua orang tua saya menyambut baik berita ini dan minta agar acara lamaran disegerakan biar sah bertunangan dulu. Sehabis itu baru rembukan tanggal berapa finalnya untuk wedding day.
Ya ampun sumpah deg-degan banget, nggak tahu mau berekspresi apa, antara sok cool, sok tenang, tapi di dalam hati kayak mau lompat-lompat kesenengan. I'm getting married soon with my forever boyfriend. Udah saling kenal selama hampir tiga tahun, udah tau baik dan buruknya masing-masing, udah pernah ada di level sejahtera sampe melarat bareng, sampe tahu kebiasaan aneh satu sama lain. Maaaan, I'm so relieved finally I'm gonna marry this guy :')
Eits, tapi ini sih belum lamaran namanya. Masih meminta restu orang tua. Next stepnya adalah lamaran resmi, dan akhirnya persiapan nikah. Do'akan selalu lancar ya, guys. Semoga selalu sehat dan dimudahkan jalannya :)
--
Baca selengkapnya tentang #DinikahinAfghan di label ini. Semoga bisa bermanfaat :D
-- hit me on @dinikopi