Sebuah film tetaplah sebuah film dari mata saya yang tergolong orang awam. Saya bisa seenaknya men-judge film itu bagus, film ini spektakuler, film ono payah banget, juga film yang anu ga usah ditonton. Itu dulu sebelum saya mengikuti Video Workshop yang diadakan oleh Suara Pemuda Anti Korupsi (SPEAK) dalam rangkaian acara SPEAKFest. Eh ralat, sebelum saya nongkrong di workshop itu dari awal sampai sebulan ini, bahkan sampai februari nanti.
Walaupun memang benar, ada beberapa film yang sangat tidak berkualitas untuk ditonton, buang buang waktu sajalah begitu. Tapi setidaknya saya sekarang mengerti bagaimana film dibuat sedetail mungkin.
Saya adalah orang yang menyukai detail. Yah, setidaknya ada beberapa bagian yang orang tak sadari, bisa tertangkap di mata saya, dan juga saya pertanyakan. Kegiatan mengeksplorasi detail ini sungguh menyenangkan, seperti menganalisa. Seperti yang setiap hari saya lakukan di laboratorium dan kelas.
Film bisa sangat detail melalui storyline dan storyboard. Saat kita ingin menunjukkan sesuatu dalam film, kita harus sangat kreatif. Contoh, saat kita ingin menyampaikan bahwa si pemain A sedang menunggu, bukan dengan si pemain itu bilang "eh saya sedang menunggu nih". Ada banyak cara lucu dan unik yang bisa digunakan. Contohnya, dengan menampilkan mimik resah, bolak balik, menggoyangkan kaki, terus menerus melihat jam dengan gusar, melongok kesana kemari. Ah, banyak cara deh, kamu bisa temukan sendiri cara terunik mu bagaimana. Semakin unik caramu, semakin menarik film yang akan kau buat. Tidak seperti sinetron yang jika ingin menyampaikan bahwa si pemain A sedang marah dengan menggebrak meja sambil mengatakan "saya marah!" Coba pikir, siapa orang yang marah beneran trus bilang-bilang. Haha, disinilah kreatifitasmu diuji
Dari berbagia proses detail ini, saya bisa lebih menghargai film yang saya tonton. Mulai dari memperhatikan baju yang si pemain pakai, lalu menganalisa apakah ada artinya dengan emosi si pemain di jalan cerita tersebut? Seperti Bella Swan yang selalu memakai baju bunga-bunga atau berwarna cerah saat bersama Edward Cullen, lihat saja saat ditinggal dan patah hati, bajunya ganti dengan yang bersuasana gelap lagi. Dan berbagai detail lainnya dalam film. Juga di film Impossible Dream, adegan seorang anak selalu mencium pipi ayahnya dibandingkan ibunya terlebih dulu, sangat memperlihatkan ketimpangan gender. Ternyata detail dalam film bisa berarti sangat banyak.
Oh, juga dialog! Beberapa film menaruh kekuatannya dalam dialog, seperti teater Sketsa Robot yang saya tonton beberapa hari lalu. Detailnya malah diletakkan dalam dialog ini, dan analisa dialog juga menjadi sangat menyenangkan. Akan banyak ketawa getir yang akan kita lontarkan begitu memikirkan apa arti tersirat dari dialog yang ini, ataupun ekspresi kata-kata yang itu.
Sepertinya ini juga bisa jadi ajang latihan untuk menghargai suatu karya milik orang lain. Saya percaya bahwa tiap film memiliki karakternya sendiri-sendiri. Dan jika kita cermat dalam melihat details ini, bukan tak mungkin kita mendapatkan nilai dan perspektif baru.
Jumat, 26 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?