Saya orang baru di Sosial Media. Maksudnya, baru terhitung beberapa bulan saya tertarik dan menekuni fenomena Sosial Media ini. Tapi, bagi saya, sosial media nggak sekedar hanya buka Facebook atau Twitter trus nge-chat tanpa juntrungan. Sosial Media, jauh lebih hebat daripada itu
Kemarin, saya baru di-interview oleh seorang rekan saya, Sultan Kata dan juga pacarnya, Fikha, untuk posisi Social Media admin di akun Kabari Beasiswa. Dan ternyata ini bukan sekedar interview kaku penuh ketegangan. Alih-alih interview, kita malah berdiskusi asyik tentang fenomena sosial media di Indonesia. Seru!
Menurut saya, sosial media itu adalah dunia baru. Well, kita hidup di dunia maya, aren't we? Apa yang kita lakukan saat di kelas? Buka Twitter kan. Apa yang kita lakukan saat ngedate sama pacar? Update status di Facebook dong. Apa yang kita lakukan saat pertama kali membuka mata di pagi hari? Ngecek notifikasi di Twitter, Facebook, email, dan lain-lain. Well, we are living in new planet called Social Media. And we can't pretend not to
Kalo ada orangtua atau beberapa orang terdekat yang misuh-misuh karena saya selalu buka Twitter atau Facebook di laptop maupun di Blackberry saya, serta lengkap dengan ungkapan nyinyir "ih, mainan fesbuk melulu" atau "eeaa ngetwit nih". Menurut saya, orang-orang seperti itu belum memahami kekuatan yang disediakan oleh sosial media. Tapi, alih-alih menjelaskan, saya hanya bisa cengir. Bisa panjang soalnya argumen saya.
apa yang bisa dilakukan oleh sosial media?
banyak! yang paling sederhana aja dulu deh, kamu bisa berkomunikasi dengan orang yang bahkan belum kamu temui, menjalin pertemanan baru, meminimalisir kontak ponsel (hayo, lebih enak nge-save akun Facebook mereka kan daripada nomor telepon), sampai bisa menggerakkan Indonesia! Wuiss, yang terakhir itu nih, yang dahsyat. Kenapa bisa menggerakkan Indonesia? Karena pertama, sosial media punya fitur yang cepat diakses, sosial media terbilang murah, dan cakupannya massal.
Masih ingat dengan kasus Koin Untuk Prita? Atau Sejuta Facebook-ers dukung Bibit-Chandra? atau saat letusan di Merapi? Yap, kasus-kasus tersebut bisa ter-blow up karena sosial media. Lewat grup Facebook atau hashtag di Twitter, semua orang mendukung gerakan ini. Dan karena ada banyak rng yang 'ngeh' dengan kasus diatas tadi, beberapa institusi privat ataupun pemerintah (bahkan) tergerak untuk membantu dengan respon cepat. Walaupun masih banyak kekurangan dalam penyelesaian kasus, namun yang pasti, kasus ini terangkat dari dasar ke permukaan, dan dominasi masyarakat Indonesia, tahu.
Untuk kasus-kasus sekarang, juga banyak yang masyarakat Indonesia tahu dari Twitter atau Facebook, seperti misuh-misuh di FX Sudirman kemarin, ketika Pameran hasil TA Anak Desain Grafis dipindahpaksa dan menimbulkan kerusakan pada beberapa karya. Atau juga saat Komisi Delapan DPR berkunjung ke Australia, laporan hasil pertemuan anggota DPR dengan WNI disana, segera dipublish di dunia maya, dan menyebar secara luas. Hasil dari ekspose ini, DPR sekarang memiliki website pengaduan masyarakat secara resmi.
Kasus-kasus ini, yang terangkat sedemikian rupa ke permukaan membuat pihak yang bersangkutan merasa makin bertanggung jawab dong untuk memberesinya. Iya dong, kasus sudah terkenal sejagat dunia maya, banyak yang protes, si pihak terkait pasti gak mau pamornya turun atau takut kehilangan kepercayaan publik. Maka dari itu, segera diberesi dan dituntaskan. Nah, kekuatan massa ini yang hebat! Bisa menggerakkan si pihak terkait untuk membereskan masalah dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Jadi, jangan pandang sebelah mata dulu sama Sosial Media,
kita tunggu saja kehebatannya yang lain!
Will post several articles bout Social Media, keep watching ;)
Jumat, 27 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?