Berawal dari ngeliat talenta nyokap, sejak SMP, saya selalu ingin jadi perempuan yang multitalenta! Rasanya keren gitu, bisa apa aja. Dan, tentunya nggak akan repot cari kerjaan. Plus, hidup kan otomatis akan lebih mudah kalau kita bisa segalanya.
Inilah yang membuat saya tertarik untuk belajar Social Media.
"Ngobrol" udah jadi nama tengah saya sejak dulu. Makanya itu, sejak kenal sama Social Media, saya jadi keranjingan ngutak ngutik dunia yang satu ini. Dimulai dari masuk divisi Social Campaign (atau yg lebih populer disebut divisi Public Relations) Suara Pemuda Anti Korupsi, saya jadi kebagian tugas buat ngupdate Social Media organisasi kece ini.
Gambar dari : http://pinterest.com/pin/118712140148168793/ |
Waktu itu, saya pemula banget. Buta banget sama yang namanya copywriting, teknik bikin Trending Topic, nyusun laporan Social Media, sampe trik-trik ningkatin followers. Jadi lah saya melakukan banyak sekali kesalahan. Lucia (yang lebih akrab dipanggil Uci) ini orangnya detail buanget. Kesalahan peletakan titik atau teknik balas aja, bisa jadi kesalahan fatal. Saya yang dulu bukan detail-oriented jadi kewalahan sendiri.
Wuih jatuh bangun banget saat itu. Kayaknya semua kesalahan Social Media udah pernah saya icipi. Mulai dari salah akun, salah ngeskejul, lupa bales email, nggak cepat tanggap komenin buzzer, lewat ngeposting beberapa tweet, dan masih banyak lagi. Berkali-kali Uci, Sultan, dan Fikha mengingatkan saya sampai memperingatkan saya. Mereka bertiga ini keras banget. Tapi tujuannya satu, biar saya jadi Social Media Specialist yang proffesional, rapi, dan oke.
Berbulan-bulan kerja bareng sama mereka bikin saya kebal. Kebal omelan supervisor, tanggap jawab email, selalu bawa kemana-mana segala macem gadget dan koneksi cadangan, melengkapi teknik-teknik Social Media yang krucil. Pokoknya sampai saya hapal dan paham betul soal ini.
Gambar dari : http://pinterest.com/pin/228346643576010308/ |
Kalo nggak ada mereka bertiga yang ngeroyok saya berbarengan, nggak mungkin dalam waktu setahun, saya udah nyaman di dunia ini. Sekarang malah udah bisa ngemaintain bisnis sendiri dari Social Media. Dikritik dan diomeli habis-habisan itu emang nggak melulu nyebelin. Ada kalanya mereka membuat kita jadi orang yang lebih baik. Semakin kita jatuh saat dikritik, semakin kita bisa jadi orang yang lebih baik lagi ke depannya.
-- hit me on @dinikopi
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?