Hiraya memang tak salah memilih tempat
untuk mengasingkan diri. Sore itu, Karimunjawa sedang menampakkan pesona paling
indahnya. Seakan tahu betapa hancurnya perasaan Hiraya, sehingga alam merasa
perlu menghiburnya.
Tiga minggu yang lalu, sebuah kecelakaan
kereta api merenggut nyawa orangtua Hiraya dalam perjalanan menuju Surabaya
untuk menemui anak semata wayang mereka di hari ulangtahunnya. Hiraya yang
sedang di kelas saat itu, menahan dirinya untuk tidak pingsan. Tapi, bagaimana
pun ia mencoba, toh airmata sukses menghujani pipinya dengan deras.
Hiraya tak punya siapa-siapa lagi
kecuali Eyang Tuti yang di Surabaya, tempat dimana ia tinggal sekarang. Tiga
minggu yang kelabu, ia mencoba mengusir bayangan orang tuanya dengan mengurung
diri dalam kamar. Namun, tampaknya cara itu tak sukses. Eyang Tuti yang tak
tahu lagi bagaimana cara mengembalikan keceriaan Hiraya, mengizinkannya
berlibur di Karimunjawa selama seminggu.
Melepas penat, kata Eyang.
Jadi disinilah Hiraya dengan celana
pendek berwarna khaki dan kaos tie dye yang ukurannya satu tingkat
diatas ukuran asli gadis berambut ikal sebahu ini. Kakinya dibiarkan polos
tanpa alas kaki. Rasanya semacam terapi dapat menyentuh pasir yang bertekstur
lembut, pikir Hiraya.
Pukul lima lewat, batin Hiraya saat ia
menoleh ke arah jam tangan berwarna emas yang melingkari pergelangan tangan
kirinya. Kamera DSLR sudah siap ada di genggamannya untuk mengabadikan senja di
Karimunjawa. Kata orang, senja di tempat ini tak kalah eksotis dibandingkan dengan
di Kuta.
Ini dia, ucap Hiraya dalam hati sambil
mengambil satu jepretan senja dengan menggunakan metode framing. Warnanya gradasi antara merah, jingga, hingga hitam.
Hiraya tertegun.
Ia ingat sekali ibunya dulu sering
membuat cemilan dari pepaya kesukaan Hiraya. Karena tak tahu apa namanya,
Hiraya kecil menamainya dengan “Manisan Pepaya”. Potongan pepaya yang dipotong
dadu kecil-kecil, diberi perasan jeruk nipis, dan ditaburi sedikit gula. Hiraya
selalu antusias melihat ibunya menaburi gula-gula ke dalam mangkuk pepaya
mereka. Kadang-kadang ia mencolek gulanya sedikit.
Manisan Pepaya selalu membuatnya merasa
benar-benar pulang jika ia sampai di rumah kedua orangtuanya. Sekarang,
terhidang di depan matanya, gambaran sebuah senja yang mengingatkannya dengan Manisan
Pepaya. Warnanya serasa familiar. Serasa pulang ke rumah. Hati Hiraya mencelos.
Ia kangen sekali pada ayah dan ibunya.
Menyeret kakinya menjauh dari panorama
di depannya, kini Hiraya sampai pada dermaga Karimunjawa yang agak ramai. Ia
lagi-lagi memotret banyak hal. Perahu yang berlatar belakang senja, anak-anak
nelayan yang bertelanjang kaki menyambut deburan ombak, sampai pasangan yang
sepertinya sedang berbulan madu di Karimunjawa.
Setiap jepretan kamera, rasanya ia
lakukan untuk mengisi kekosongan di hatinya. Melihat senja sore ini di
Karimunjawa seperti sedang melihat Ibu membawa Manisan Pepaya dari kulkas
setelah didiamkan semalaman. Hiraya dan ayahnya pasti akan berebut makan
Manisan Pepaya paling banyak, dan ibu akan terkekeh geli melihat tingkah mereka
berdua.
Hiraya rindu sekali pada orangtuanya.
Pada rumahnya.
Dadanya kembali sesak oleh bayangan masa
kecilnya. Ia melangkahkan kaki ke arah ombak di ujung pantai.
Pada buih ombak, Hiraya berteriak
sekencang-kencangnya agar beban yang ada di hatinya lepas. Pada senja, Hiraya
menitipkan perasaan rindu pada ayah dan ibunya di surga.
-- hit me on @dinikopi
coba komentar dgn kapasistas aku yg seadanya ya Kak..
BalasHapusBagus Kak. Apalagi utk kk yg lebih sering berkontemplasi dan berkutat dgn feature :P
cuma.. aku agak terganggu dgn terlalu banyak "nya", penggunaan kata kangen tp jg ada kata rindu. Kalau diliat dari sisi latar tempat dan suasananya, udah cukup dapet, cm si Hiraya kurang dibikin sedih dan menderita menyayat2 gmn gitu , biar kehilangannya makin keliatan dan pembaca jg merasakan hal yg sama.. *pembaca kejam wkwk :P
nice :D
Saran mah Din. Coba di baca lagi. ada beberapa kata yang sebenarnya gak perlu. Mungkin kalimatnya bisa dibuat sesederhana mungkin biar penggunaan kata yang sama akhiran -nya jadi gak terlalu banyak...
BalasHapus