Gambar dari : http://www.1001malam.com/hotel/912/banjarmasin/amaris-banjar-hotel.html |
“Jantung Desna kambuh,” ucap
Satria tenang. Ada emosi tertahan disitu. “Ditambah tipes yang belum begitu
pulih. Makanya langsung dilarikan ke UGD,” sambungnya di ujung telepon.
Dua puluh tiga
menit kemudian, aku menjejakkan kakiku cepat menyusuri koridor rumah sakit yang
terang benderang. Aroma alkohol menguar menggelitik hidungku. Seketika mataku
yang masih sembab memanas seiring denyutan di pelipis.
Anggrek 201,
lafalku dalam hati. Berarti ruangan Desna berada, hanya selisih belokan koridor
di ujung sana. Aku setengah berlari meraihnya.
***
Tiga belas tahun silam
“Des, udah liat
video klip Blue yang baru? Ya ampun, Lee Ryan ganteng abis!” Gadis berkepang
dua ini hanya memutar bola matanya dan mencomot pisang goreng.
Saat itu, kami berada
di warung samping sekolah. Tempat yang mirip warung ini, biasa dijuluki “Kafe
Bu Surti” agar kesannya keren. Yang membedakan warung kebanyakan dengan kafe
ini, hanyalah kursi-kursi yang diletakkan di tengah—serupa kafe.
“Duncan James
lebih ganteng, lebih macho gitu. Apalagi rambutnya kayak habis dipotong,” sahut
Desna bersemangat. Aku tersenyum sumringah mengingat betapa kerennya video klip
If You Come Back To Me dari Blue itu.
“Gimana tuh,
liriknya?” Tanyaku sambil melirik catatan kecil berwarna biru yang dipegang Desna.
Sedetik kemudian, kami sudah asyik bersenandung.
And I swear, if you come back in my life. I’ll
be there till the end of time.
Aku menyanyikan reff lagu tersebut.
Desna terdiam di bagian ini.
Back to me, back to me, back to my life. Desna menyanyikan canon lagu tersebut sambil tersenyum. Aku mengetahui maksudnya.
Hari itu kami habiskan dengan menyanyi lagu boyband beranggotakan lima orang
ini, semirip mungkin dengan versi aslinya.
***
Rasanya baru
kemarin. Desna yang saat itu satu selera musik denganku, langsung mengikrarkan
diri menjadi BFF (Best Friends Forever).
Mencari orang dengan selera musik yang sama saat teman-teman SD-mu tidak
mengenal MTV, memang sulit.
Persahabatan kami
baik-baik saja sampai selepas lulus kuliah. Desna bekerja di bidang teknik
kimia, aku ke dunia modelling. Jadwal
yang tak menentu membuat kami hampir tak bertemu. Betapa buruknya aku sebagai
sahabat. BFF? Cih, tahu Desna masuk UGD saja dari kekasihnya.
...to ever end. No no no.
Aku berhenti.
Nadanya familiar. Siapa yang menyalakan musik di UGD? Rutukku dalam hati.
Ini...ini kan lagu If You Come Back To Me-nya
Blue! Sedetik kemudian ingatan akan Desna membanjir.
I swear, if you come back in my life. I’ll be
there till the end of time.
Senandungku dalam hati dengan berurai air mata. Hatiku meringis menantikan
lirik berikutnya datang. Ayo Desna, sambung kalimatnya. Itu kan bagianmu.
Back to me , back to me, back to my life. Aku harus kecewa mendengar sambungan lirik
tersebut. Tak ada Desna yang menyanyikannya untukku. Badanku seketika limbung
dan terjatuh di lantai koridor. Aku menangis sejadi-jadinya.
“Girni! Kamu
baik-baik aja kan? Ruangan Desna di ujung sana. Ayo, sebentar lagi dokternya
keluar.” Satria kaget menemukanku tersungkur di koridor. Seraya terisak, aku
menyambut uluran tangannya dan berharap dokter memberi kami kabar paling baik.
-- hit me on @dinikopi
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?