Saya selalu menemukan keasyikan sendiri saat flashback. Biasanya saya flashback dengan memelototi kembali timeline saya beberapa bulan yang lalu, atau bahkan yang ekstrim, membaca kembali diary yg saya tulis semenjak SD. Entah kenapa, lucu rasanya melihat saya versi jaman dahulu. Melihat anehnya perspektif saya atau bahkan ngawurnya tindakan saya. Seorang teman pun sempat tertawa dan sedikit kaget ketika membuka kembali akun friendsternya dan menemukan bahwa dirinya yang dahulu sangatlah berbeda, bahkan ia mengakui bahwa dulu ia adalah penganut paham alay. Hahaa, ya begitulah lucunya.
Mungkin benar quote yang berbunyi, kita beranjak dewasa ketika mampu menertawakan diri kita sendiri. Apa ini tanda-tanda kita sudah tumbuh lebih dewasa daripada dahulu? Yaa, bisa saja begitu, atau anggap saja begitu.
Flashback ala saya kali ini mungkin bersifat personal. Beberapa bulan yang lalu, saya mearjinalkan beberapa orang tertentu hanya karena saya tidak suka “diganggu” oleh mereka. Yah, mungkin menurut mereka, reaksi atau ucapan mereka ke saya biasa saja, tapi mungkin karena sempitnya perspektif saya, saya malah menganggap itu semua gangguan. Jadilah saya menghalangi akses komunikasi dengan mereka. Hal ini terjadi selama berbulan-bulan.
Setelah satu bulan yang mengubah hidup saya, saya mau tak mau menjadi berpikir kembali. Ternyata tindakan saya yang dahulu, tidaklah pantas, yaa, gak bijaksana aja gitu kok malah menghalangi orang buat silaturahmi, buat tetep keep in touch. Ya, kemarin-kemarin saya memang banyak gak percayanya sama orang-orang ini. Takut inilah, khawatir itulah, dan beragam pikiran negatif memenangkan pertandingan argumen. Tapi sekarang, ups saya gak boleh begitu rupanya. Saya mesti belajar untuk benar-benar memaafkan semua dan percaya sama orang lain.
Katanya, untuk successfully moving on, kita harus forgive and forget. Catet itu, “and” bukan “or”. Jadi kedua aksi itu musti dijalankan untuk benar-benar melepaskan masa lalu. Saya mungkin hanya forget, tapi lupa untuk totally forgive all the mistakes. I don’t care wheter it was my fault or theirs. The main thing is i should let them go. Let the past go.
Terus?
Yaa, sekarang jadinya saya membuka kembali akses komunikasi dengan mereka. No more black list on facebook or being prohibited to search. Walau masih ada beberapa batasan privacy yang saya jaga di jejaring sosial, namun dibandingkan yang dahulu, akun saya lebih “sosial” hahaha.
Life goes on. And still, i am learning how to be a better person day by day.
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?