Gambar dari : http://weheartit.com/entry/53259885/via/Brillu |
Aku
melihatnya berjalan mantap ke arah gerbong kereta api. Walau terhalang dengan
kacamata bingkai penuh, aku tahu ia menahan air mata saat berbalik menghadapku.
Ah, tapi mengapa ia musti bersedih saat tangannya dipegang oleh sosok lain.
Senyumku
terkembang dan ia mulai melambaikan tangan. Pria di sebelahnya mengucapkan
sesuatu yang tak dapat ku dengar karena raungan mesin kereta api yang telah
bergerak. Sosok mungilnya disana semakin keras melambaikan tangan dan aku harus
merelakannya pergi dari hadapanku, dibawa oleh kereta api, dan… pria yang
mencintainya.
Apalah aku
ini dibandingkan sosok mapan di sebelahnya tadi. Yang mungkin sekarang sedang
duduk di sampingnya sampai tempat tujuan mereka. Sehabis itu, mungkin mereka saling
bertandang ke rumah orang tua masing-masing dan mulai membicarakan masa depan.
Sedangkan aku, hanya bisa merangkul bahunya atas nama sahabat.
Persetan
dengan rasa suka. Jika memang benar gadis itu menyukaiku, pasti ia tak hilang
akal dengan meninggalkan kekasih lamanya yang kini sudah mampu menafkahinya.
Cih, aku saja masih meminta jatah dari orang tua. Aku dibandingkan dengan pria
itu, kalah telak.
Namun aku
harap gadis mungil berkacamata bingkai penuh itu menyadari bahwa walaupun ia
sudah memilih orang lain, hanya aku lah yang selalu ada di sisinya, menjadi
orang yang pertama kali membantunya mengerjakan tugas kuliah, mengejar tanda
tangan dosen, serta orang favoritnya di kampus. Aku harap, ia masih mengingatku
walau hanya segitu.
-- hit me on @dinikopi
din. ini menohok bangeeettt....
BalasHapusTunggu postingan lain yg menohok jugaa :">
Hapus