Teruntuk Pasangan Sahnya

Gambar dari : http://weheartit.com/entry/53013304/via/pitzpalu

Apa yang akan kamu katakan jika aku menyebut “orang ketiga” di hadapanmu? Dengan membabi buta, kau pasti akan mengacungkan telunjuk pada diriku. Silahkan saja, aku tak akan marah. Ah, andai kau tahu kronologi yang seutuhnya.

Sini, duduk yang manis dan aku akan membuka cerita sebenarnya.

Beberapa tahun silam, aku memang kekasih dari suamimu. Kau tak tahu itu? Makanya aku beritahu sekarang karena suamimu tak akan pernah memberitahukan ini. Aku punya banyak sekali asa dan mimpi yang terajut dengan suamimu. Semua baik-baik saja sampai kau datang dengan status teman lama. Ia memang tak pernah memperkenalkan kita berdua secara khusus. Tapi aku tahu kau menyukai kekasihku. Aku dapat merasakan selayaknya insting perempuan.

Satu dua bulan berlalu dan tebakanku tak meleset barang sesenti pun. Kau makin lekat dengannya disana. Aku bisa apa? Aku hanya seorang kekasih jarak jauh yang bahkan tak diakui statusnya di depanmu. Bulan berikutnya, aku resmi berpisah dengannya. Karena siapa? Ya, karena kamu.

Tidakkah kau tahu hal itu? Tidakkah kau tahu bagaimana amarahku padamu?

Oh ya, tentu saja kau tidak tahu karena kalian di sana sedang bergembira merayakan hari pertunangan. Congratulations, by the way. Dan kirim salam untuk anak sulung kalian yang asal usul namanya dari kesepakatan aku dan suamimu dahulu.

Setahun dua tahun waktu berlalu dan tampaknya takdir sedang membalikkan roda nasib. Kini, suamimu itu lebih betah ngobrol denganku dengan kedok “diskusi pekerjaan” dan meninggalkan dirimu yang cemas di rumah. Dengan mirisnya kau menuding aku mengambil perhatian suamimu? Ah, andai kamu tahu bahwa begitulah perasaanku dulu saat melihat cincin pertunangan melingkar di jari kalian.

Jadi, masih ingin menuding siapa yang jadi orang ketiga? Jawabannya tetap ada dua, aku dan kamu.

Dipublikasikan di : http://suratkepadaorangketiga.wordpress.com/2013/02/04/teruntuk-istri-mantan-kekasihku/

-- hit me on @dinikopi