Balada Kuliah

Semester enam ini, saya mengambil satu mata kuliah wajib yang dosennya sama dengan dosens semester kemarin. Pada semester kemarin, semua ujian, baik UTS dan UAS ditumpuk pada akhir semester, dengan materi dipadatkan. Saya dan teman teman selaku mahasiswa, jujur kewalahan dengan metode ini. Karena materi dari mata kuliah yang terlampau sangat banyak, harus kami serap dan refresh lagi dalam dua waktu dekat berturut-turut. Apa hasilnya? Nilai mahasiswa pun banyak yang meleset dari harapan. Dan yang pasti, ilmu tak terserap dengan baik. Sekarang pun, roman-romannya akan seperti itu juga. Tak tahukah anda, ibu dosen yang baik, bahwa kami kelelahan merekap ujian? Apa kabar nilai semester ini?

***

Semester 1 : "ya ampuuun, belum ngerjain laporan pula" (3 hari sebelum laporan dikumpul)

Semeser 4 : "ya ampuuun, belum ngerjain laporan pula" (1 hari sebelum laporan dikumpul)

Semester 6 : "ntar aja ah nulis laporannya" (6 jam sebelum laporan dikumpul)

***

Semester 1

"waah ngambil jurusan apa?" | "kimia murni di UNJ"

Semester 3

"sekarang semester berapa?" | "semester tiga" | "oh lagi kosong-kosongnya lah ya, jadi lebih fleksibel" | "iyaa"

Semester 6

"sekarang semester berapa?" | "semester enam" | "wah udah mau lulus dong ya?" | "heuheu, aamiin. kayaknya masih lama tapi" (cengir miris)

***

Kalau mau dirunut lagi kenapa saya ngambil jurusan kmia murni, emang panjang. Dan kenapa saya menyesali pilihan saya ini, juga kompleks ceritanya. Kalo kata Mas Wawan, semua penyesalan itu hanya pembenaran dari kita aja, kita bakal kuat kok di kimia. Dan menurut saya, mungkin aja saya nanti akan kangen sama masa-masa praktikum, galau nilai, berantem sama asdos, dan lain-lain. Tapi lucu aja gitu, di semester enam ini, saya memutuskan dengan mantap (ehem) untuk tidak mau mengambil pekerjaan yang ada hubungannya dengan kimia, ataupun eksakta. Saya ingin terjun di masalah sosial. Bahkan kalo ada kesempatan untuk meneruskan kuliah S2, saya pengen ngambil jurnalistik aja. Kontras.

***

Nikmati aja kuliahnya :)