Sabtu, 06 November 2010

Merevisi Komitmen

No comments    
categories: 
Ini tentang komitmen, tapi bukan komitmen dalam hubungan romansa. Haha, itu beda topik. Ini tentang sejauh mana kamu mencintai sesuatu, menghargai sesuatu, dan rela melakukan apa saja untuk sesuatu. Bukan berlebihan, ini tentang perjuangan, tentang  janji yang terucap

Komitmen mungkin menjadi sesuatu yang belakangan ini getol saya pikirkan. Apakah saya sudah berkomitmen terhadap kegiatan itu? Sejauh mana kontribusi saya? Apa kabar dengan orang-orang yang katanya juga berkomitmen? Sama kah? Atau berbeda?

Saya mengambil tiga chapter kegiatan sosial, 24 sks perkuliahan, dan beberapa mimpi lain yang saya targetkan untuk dicapai semester ini. Agak menantang memang. Oleh karena itu, saya mencukupi untuk tidak mengambil kegiatan sosial lebih banyak lagi. Cukup segini dulu, toh saya berniat untuk fokus di kegiatan yang saya ambil. Tujuannya adalah benar-benar berkontribusi. Bukan hanya kebanggaan karena memiliki banyak status sosial

Ini yang saya namakan komitmen versi saya.

Ada beberapa teman saya yang memang doyan mengikuti acara sosial, semua kesempatan diambil, semua event dikonfirmasi “attending”, semua formulir pendaftaran diisi, pokoknya semuanya dimaksimalisasi. Saya tak habis pikir bagaimana mereka bisa bertahan hidup. Apa kabar keadaan fisiknya, kuliahnya, juga hubungannya dengan beberapa teman. Karena jujur saja, saya menyadari bahwa semakin banyak saya berkecimpung di dunia sosial, saya makin mendapatkan banyak sekali teman, tapi teman lama akan susah dirangkul kembali. Imbasnya adalah komunikasi di level permukaan saja, tapi tidak ada peningkatan hubungan pertemanan. Saya menyadari, saya tak bisa ada di semua lingkaran sosial itu. Perlu pembagian. Dan pastinya susah membagi waktu jika semua tanggal di kalender dipenuhi dengan tanda kegiatan sosial. Ungkapan teman baru ditemui, teman lama dilupakan, mungkin akan berlaku disini.

Takutnya, berkegiatan sosial seakan target saja, bukan pemenuhan kepuasan diri.

Bagaimana komitmen seseorang yang mengambil semua kesempatan? Ini perlu dipertanyakan, dalam kacamata saya. Karena sehari hanya 24 jam dan seminggu hanya 7 hari. Jika terlalu banyak kegiatan diambil, seberapa dalam komitmen seseorang pada setiap kegiatan yang diambilnya? Dalam pengalaman yang saya alami juga yang saya lihat, jawabannya adalah tidak. Dan ini membuat orang-orang yang bekerja dengannya menjadi risih. Dalam arti, terus saja menanyakan komitmennya pada kegiatan itu, yg entah sudah ditaruh ke prioritas keberapa olehnya.

Mudah mudahan saya bukan orang yang seperti itu.


Agak sensitif memang berbicara tentang komitmen. Hubungannya adalah dengan prioritas yg dibuat oleh masing-masing personal. Saya juga tak tahu seberapa komitmen orang-orang yang bekerja dengan saya. Jika susah sekali mengatur jadwal, rewel membicarakan tempat bertemu, tak berani mengambil tantangan ini itu, tapi mau mengambil apa yang menjadi keuntungannya. Pertanyaannya adalah, mau saya apakan orang-orang seperti itu?

Tanyakan pada saya, apakah hal itu semua menjadi sebuah indikator seseorang dikatakan berkomitmen? Tentu saja. Apa sih susahnya berdiskusi di dunia yang sekarang penuh dengan ruang maya, apa sih susahnya mencari warnet sekarang, apa sih susahnya bermobilisasi dari tempat satu ke tempat lain saat busway menjadi pahlawan, berapa lama sih yang dibutuhkan orang untuk berkordinasi dengan orang lain saat adanya teknologi bernama handphone. Lalu semua itu berbalik pada permasalahan, mau apa tidaknya seseorang melaksanakan komitmennya di zaman yang serba mudah dan cepat ini.

Wah lama-lama tulisan saya, galak sekali ya.

Tenang, memang ada beberapa keadaan yang tidak memungkinkan. Dan masalah indikator komitmen atau tidak, masih bisa didiskusikan lebih lanjut. Dan saya menulis ini bukan untuk menakut-nakuti mereka yang berpartner dengan saya. Haha, kalau saya yang bandel, boleh silahkan dijewer. Eh ga deh, tolong diingatkan dan diarahkan :D

When work, commitment and pleasure, all become one and you reach that deep well, where passion lives. Nothing is impossible.

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?