Jumat, 30 Januari 2015

Bunch of Love

Gambar dari sini

Kamu selalu bilang bahwa pertemuan pasti terjadi karena suatu alasan. Begitu juga, ketika takdir mempertemukan kita berdua di hangatnya bulan Juni, dan menjadikan kita pribadi yang berbeda dari yang dahulu kita masing-masing kenal. Namanya juga pacaran, hampir setiap hari bertemu pula, pasti ada beberapa perspektifku yang kamu perbaiki, atau kebiasaan burukmu yang aku kikis.

Walaupun hari ini bukan perayaan tahunan hari jadi kita, atau tanggal kamu berulang tahun, tapi ku pikir kamu pantas mendapatkan seikat terima kasih dariku karena sudah menemani hingga hari ini, karena sudah percaya padaku untuk mendampingimu berjalan.

Dear, Bans.
Aku ingin berterima kasih atas semua hal-hal lugas yang kamu sampaikan. Biasanya, orang yang sudah dekat lama akan jarang melakukan ini atas nama "nggak tega". Tapi kamu tetap jujur padaku, seperti saat aku memakai baju "eksperimen" yang kurang cocok, usahaku kurang maksimal pada sesuatu yang ingin ku raih, tulisanku kurang efektif, dan masih banyak lagi. Relationship needs honesty and I know that is your nature trait.

Seumur hidup, aku belum pernah menyentuh musik. Tahu musik juga selewat dan hanya beberapa genre, playlist yang bisa ditebak ala Billboard chart, juga nihilnya pengalaman memainkan alat musik. Tapi, pacaran sama kamu tuh buat aku berani mengeksplorasi banyak sisi soal musik. Aku lihat kamu main sederet instrumen alat musik, kencan kita yang berisi ngeYouTube musik lintas generasi yang berakhir aku bisa membedakan mana suara bass dan gitar (yeah, aku sepayah itu), atau akhirnya jadi tahu macam-macam eksplorasi musik di Jepang. Terima kasih sudah membawaku selevel lebih tinggi daripada aku yang dulu soal musik dengan cerita-cerita detail kamu soal nada, ini selalu sukses buat aku terkagum-kagum. Oh dan satu lagi, aku iri pada kupingmu yang peka :P

Beberapa orang mengutuk perbedaan, tapi aku malah mensyukurinya. Seperti layaknya aku yang ekstrovert dan kamu introvert. Ini malah buat aku belajar keunggulan introvert. Kamu selalu bilang bahwa orang ekstrovert mostly nggak sadar apa yang mereka lakukan atau yang ada di sekitar mereka. Tapi, dari kamu yang introvert, aku perlahan belajar hal detail seperti: aku lagi di mana, orang di sekitarku berdiri dengan posisi seperti apa, kalau aku ingin belok kiri aku harus bikin manuver ke mana biar ringkes dan nggak ketabrak orang. See? Detail yang penting, tapi aku sendiri dari dulu nggak ngeh dan masih sering lupa. Untuk hal ini, aku berusaha mengadaptasi banyak dari kamu.

Untuk semua percakapan panjang yang kita lakukan dengan topik yang kontroversial, aku bersyukur menemukan teman berkontemplasi yang tepat. Hal-hal yang nggak mungkin dibagi ke orang lain mengenai perspektif prinsip, karena takut dinilai sembarangan, tapi pastinya dengan senang hati aku bagi denganmu. Yang biasanya berakhir dengan kita memiliki satu pandangan yang sama. I want you to know that this is precious for me.

Tak lupa untuk hal-hal manis yang kamu lakukan untukku. Seperti menuruti ngidam kuliner aku yang kadang aneh dan sulit ditemukan. Tapi kamu sabar nemenin dan nganterin aku sampai aku makan dengan puas. Juga untuk keinginanku pergi ke tempat yang bukan tipemu seperti pantai/festival/tempat ramai lainnya, tapi kamu masih mau nganterin dan nemenin sampai aku recharge kembali. Walau sehabis pulang, kamu selalu ngos-ngosan secara mental. Atas kesabaranmu memaklumi kekuranganku. Atas batas toleransimu yang tidak kamu berikan ke orang lain. Aku terharu atas usahamu, terima kasih sayang.

Terima kasih sudah menjadi orang nomor satu yang mendukung aku jadi orang yang lebih baik, lulus cepat, lebih passionate, banyak "ngider" demikesehatan mental yang lebih baik, dan terus berkarya. 

Last but not least, terima kasih sudah menjadi tempat aku bersandar saat lelah, tempat menumpahkan kekesalanku karena orang lain, tempat aku merasa aman karena aku tahu kamu memerhatikan gerak-gerikku dengan sangat mendetail, tempat aku bisa bergantung (yang sangat sulit aku percayakan pada orang lain). Terima kasih sudah menyayangiku dengan caramu. Stay with me and we could walk longer and longer.

Aku mencintaimu dengan sepenuh hati, lebih besar daripada perhatian yang aku curahkan ke Panic! at The Disco ataupun interview-interview Selena Gomez di YouTube. Be happy and healthy, dear.

Love,
Dins.

-- hit me on @dinikopi

3 komentar:

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?