Kamis, 19 Mei 2011

Jadi Pengamat Sampah Aja Deh

No comments    
categories: 
Saya mengenal kata "tong sampah" dari sob saya. bukan tong sampah dalam arti yang sebenarnya. tong sampah disini adalah "tempat curhatan". Kenapa dibilang tong sampah? Biasanya kan orang curhat itu karena gak mampu lagi menampung unek-unek di dalam dirinya, alias "buangan emosi". Jadi makanya, orang yang jadi tempat curhat, kami sebut dengan "tong sampah" karena orang inilah yang menjadi tempat pembuangan emosi dr si pelaku curhat.

Dulu, saya dan si sob sering banget jadi tong sampah. entah itu tong sampah bagi orang lain atau tong sampah bagi masing-masing dari kita. pokoknya, gada hari yang gak dicurhatin orang. Mulai dari curhatan yang berbobot sampe curhatan yang bener-bener "buangan emosi tingkat akhir", nyangsang di kita. Saya secara personal, saat waktu itu, sangat menikmati jadi tong sampah. Karena saya memang perlu meningkatkan skill mendengar saya. Dan ternyata berhasil! Lewat beberapa tahun dari label saya yang tong sampah, saya sekarang bisa mendengarkan orang.

Sekarang?
Well, saya lebih suka disebut jadi pengamat atau penganalisa daripada jadi tong sampah. Kayaknya gregetan aja gitu terlalu banyak dicurhatin orang. Loh kok gregetan? Hemm, gini gini. Saya sekarang sudah menjadi orang yang fokus pada solusi. Dan ketika orang curhat berbondong-bondong datang dengan masalah yang berbunga-bunga, rasanya kok terlalu dangkal banget ya. Saat orang itu sibuk mendramatisir cerita, otak saya langsung bisa menganalisa step by step apa yang harus dilakukan agar keluar dari penderitaannya. Tapi, namanya juga orang curhat, mereka gak butuh solusi, mereka hanya butuh didengarkan. Jadilah saya gregetan. Maksud otak ingin segera membantunya dengan memaparkan step by step solusi ini, tapi kok rasanya gak sopan. Akhirnya lah saya cuma mesem mesem aja kalo dicurhatin.

Ibarat tukang sampah yang tong sampah-nya selalu diisi oleh orang satu komplek, alih-alih saya ingin memberikan solusi gimana caranya mengurangi sampah, eh orang satu komplek malah marah-marah sama saya. Woh, tukang sampahnya bingung. Yowes lah, jadi pengamat sampah aja.Toh, sampahnya gak bisa marah-marah kan.

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?