Selasa, 11 September 2012

#WritingClass - Senja di Pantai

2 comments    
categories: 




Hiraya memang tak salah memilih tempat untuk mengasingkan diri. Sore itu, Karimunjawa sedang menampakkan pesona paling indahnya. Seakan tahu betapa hancurnya perasaan Hiraya, sehingga alam merasa perlu menghiburnya.

Tiga minggu yang lalu, sebuah kecelakaan kereta api merenggut nyawa orangtua Hiraya dalam perjalanan menuju Surabaya untuk menemui anak semata wayang mereka di hari ulangtahunnya. Hiraya yang sedang di kelas saat itu, menahan dirinya untuk tidak pingsan. Tapi, bagaimana pun ia mencoba, toh airmata sukses menghujani pipinya dengan deras.

Hiraya tak punya siapa-siapa lagi kecuali Eyang Tuti yang di Surabaya, tempat dimana ia tinggal sekarang. Tiga minggu yang kelabu, ia mencoba mengusir bayangan orang tuanya dengan mengurung diri dalam kamar. Namun, tampaknya cara itu tak sukses. Eyang Tuti yang tak tahu lagi bagaimana cara mengembalikan keceriaan Hiraya, mengizinkannya berlibur di Karimunjawa selama seminggu.

Melepas penat, kata Eyang.

Jadi disinilah Hiraya dengan celana pendek berwarna khaki dan kaos tie dye yang ukurannya satu tingkat diatas ukuran asli gadis berambut ikal sebahu ini. Kakinya dibiarkan polos tanpa alas kaki. Rasanya semacam terapi dapat menyentuh pasir yang bertekstur lembut, pikir Hiraya.

Pukul lima lewat, batin Hiraya saat ia menoleh ke arah jam tangan berwarna emas yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Kamera DSLR sudah siap ada di genggamannya untuk mengabadikan senja di Karimunjawa. Kata orang, senja di tempat ini tak kalah eksotis dibandingkan dengan di Kuta.
Ini dia, ucap Hiraya dalam hati sambil mengambil satu jepretan senja dengan menggunakan metode framing. Warnanya gradasi antara merah, jingga, hingga hitam.
 
Hiraya tertegun.

Ia ingat sekali ibunya dulu sering membuat cemilan dari pepaya kesukaan Hiraya. Karena tak tahu apa namanya, Hiraya kecil menamainya dengan “Manisan Pepaya”. Potongan pepaya yang dipotong dadu kecil-kecil, diberi perasan jeruk nipis, dan ditaburi sedikit gula. Hiraya selalu antusias melihat ibunya menaburi gula-gula ke dalam mangkuk pepaya mereka. Kadang-kadang ia mencolek gulanya sedikit.

Manisan Pepaya selalu membuatnya merasa benar-benar pulang jika ia sampai di rumah kedua orangtuanya. Sekarang, terhidang di depan matanya, gambaran sebuah senja yang mengingatkannya dengan Manisan Pepaya. Warnanya serasa familiar. Serasa pulang ke rumah. Hati Hiraya mencelos.

Ia kangen sekali pada ayah dan ibunya.

Menyeret kakinya menjauh dari panorama di depannya, kini Hiraya sampai pada dermaga Karimunjawa yang agak ramai. Ia lagi-lagi memotret banyak hal. Perahu yang berlatar belakang senja, anak-anak nelayan yang bertelanjang kaki menyambut deburan ombak, sampai pasangan yang sepertinya sedang berbulan madu di Karimunjawa. 

Setiap jepretan kamera, rasanya ia lakukan untuk mengisi kekosongan di hatinya. Melihat senja sore ini di Karimunjawa seperti sedang melihat Ibu membawa Manisan Pepaya dari kulkas setelah didiamkan semalaman. Hiraya dan ayahnya pasti akan berebut makan Manisan Pepaya paling banyak, dan ibu akan terkekeh geli melihat tingkah mereka berdua.

Hiraya rindu sekali pada orangtuanya. Pada rumahnya.

Dadanya kembali sesak oleh bayangan masa kecilnya. Ia melangkahkan kaki ke arah ombak di ujung pantai.
Pada buih ombak, Hiraya berteriak sekencang-kencangnya agar beban yang ada di hatinya lepas. Pada senja, Hiraya menitipkan perasaan rindu pada ayah dan ibunya di surga.
 

-- hit me on @dinikopi

2 komentar:

  1. coba komentar dgn kapasistas aku yg seadanya ya Kak..
    Bagus Kak. Apalagi utk kk yg lebih sering berkontemplasi dan berkutat dgn feature :P

    cuma.. aku agak terganggu dgn terlalu banyak "nya", penggunaan kata kangen tp jg ada kata rindu. Kalau diliat dari sisi latar tempat dan suasananya, udah cukup dapet, cm si Hiraya kurang dibikin sedih dan menderita menyayat2 gmn gitu , biar kehilangannya makin keliatan dan pembaca jg merasakan hal yg sama.. *pembaca kejam wkwk :P

    nice :D

    BalasHapus
  2. Saran mah Din. Coba di baca lagi. ada beberapa kata yang sebenarnya gak perlu. Mungkin kalimatnya bisa dibuat sesederhana mungkin biar penggunaan kata yang sama akhiran -nya jadi gak terlalu banyak...

    BalasHapus

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?