Selasa, 11 September 2012

#WritingClass - Taluni Sedang Jatuh Cinta

3 comments    
categories: 

Gambar dari : https://pinterest.com/pin/225954106274944679/


Rasanya lama sekali menunggu akhir minggu, mungkin itulah yang sedang dipikirkan oleh anak-anak dari setengah kelas Kimia Fisika ini. Namun, seorang Taluni Karmika tentu tidak mengharapkan adanya akhir minggu sama sekali. Jika akhir minggu datang, maka siapa lagi yang ia jadikan semangat untuk bangun pagi setiap hari? Belakangan ini, efek kopi paginya kalah dengan semangat bertemu Nagendra Bimantara di kampus.

Nagendra bukan tipe cowok populer yang hobi main basket. Di kampus, ia hanya the ordinary boy, mahasiswa semester lima dari jurusan Kimia yang mana kebanyakan dari cowok di jurusan ini, bukan jadi favorit anak-anak satu kampus untuk dikagumi. Nagendra memang hanya mahasiswa biasa, sebelum Taluni melihatnya dengan persepsi yang berbeda di awal semester ganjil ini.

Taluni dan Nagendra sudah satu kelas sejak awal kuliah. Pertama memang tak ada apa-apa diantara mereka berdua, hanya kebetulan satu jurusan. Namun sampai pada kejadian Nagendra terus-terusan menggodanya dengan alat-alat percobaan di laboratorium, Taluni tak dapat mengenyahkan bayangan wajah Nagendra sesudahnya. Kebetulan pula meja lab mereka bersebelahan. Ya, sekali lagi, hanya kebetulan.

Kebetulan yang indah, pikir Taluni dengan muka memerah. Pasalnya, wajah Nagendra terus-terusan muncul di pikirannya setelah lewat kejadian tersebut berhari-hari. Biasanya tak seperti ini. Mata jahil Nagendra yang selalu muncul saat mengusili Taluni, senyum lebarnya yang selalu disusul dengan tawa terkekeh-kekeh, sampai kulit hitam manis Nagendra yang membuat ia semakin lincah di mata Taluni.

Hari itu, perkuliahan terakhir di hari Jum’at. Kimia Fisika. Nama kelas dan konten kuliah yang sangat berat itu ternyata tak mampu mematahkan semangat Taluni untuk tetap ceria. Tentu saja karena ada Nagendra di dalamnya. Laki-laki pujaan hatinya itu kini memakai kaos berkerah warna biru langit, jeans, dan sepatu kets berwarna hitam. Biasa sekali memang, tapi di mata Taluni, Nagendra terlihat sedang memakai jubah istana saking tampannya.

Siska, Dira, dan Mili sengaja menjauh dari Taluni yang sedang duduk di pojokan kelas sambil membuka buku diktat Kimia Fisika yang tebalnya mirip bantal. Di sebelahnya, duduk Nagendra yang sedang sibuk bermain game di ponselnya. Tiga teman akrab Taluni saling bisik-bisik sambil tersenyum mengerling dua orang yang sedang kikuk itu. Taluni mati-matian berusaha agar wajahnya tetap biasa.

“Rajin amat sih, Ni baca diktat. Dosennya aja belum tentu dateng,” timpal Nagendra akhirnya berbicara memecah kebisuan di antara mereka. Pipi Taluni memerah saking kagetnya ia diajak ngomong tiba-tiba.
“Abisnya nggak ngerti yang bab keempat ini. Fisika banget. Iya nggak sih?” kata Taluni sambil menunjuk halaman yang lebih banyak grafiknya daripada kata-kata. Berusaha keras ia menahan jarinya agar tak gemetar saat dilihat Nagendra.

“Gue nggak ngerti yang kayak gituan. Kan ntar bisa diajarin sama lo. Oke mamen?” ucap Nagendra sambil mengangkat tangannya untuk toss dengan Taluni. Namun saking piasnya muka Taluni, ia hanya mengedikkan bahunya pelan.

“Ih apaan sih lo. Enak aja,” balas Taluni sambil tertawa. 

Sedetik kemudian, ia merasa menyesal. Untuk apa ia bereaksi seperti itu. Bikin malu saja. Menyambut uluran tangan Nagendra untuk toss dan tertawa bareng tampaknya lebih oke daripada reaksi yang baru saja ia berikan. Tampak menolak, kesannya.

Nagendra tampaknya tak menyadari kegelisahan yang Taluni pikirkan, ia malah mengajak gadis berambut pendek sekuping ini untuk mengobrol segala macam hal. Mulai dari keinginannya untuk masuk angkatan udara yang ternyata tak lolos, kampung halamannya di Solo, sampai mantan-mantan pacarnya. Selama percakapan berlangsung, jantung Taluni berderap tak tahu malu. Saking kencangnya.

“Ah, nggak percaya gue lo punya mantan! Cowok kayak lo, ada gitu yang suka?” tanya Taluni jahil. Ia hanya ingin mengetahui reaksi Nagendra atas pertanyaan isengnya ini.

“Ada dong. Enak aja lo bilang gitu. Kalo mau, sekarang gue juga bisa buktiin kalo ada yang lagi suka sama gue. Berani?” tantang Nagendra. Matanya berkilat-kilat jahil ke arahku. Mengetahui kemana arah pembicaraannya, Taluni terkesiap. Instingnya bicara.

“Eh jangan! Udah nggak usah, gue cuma bercanda kok. Percaya deh, percayaaa,” kata Taluni dengan cepat. Takut jika ia yang “ditembak” Nagendra pada saat yang belum ia antisipasi sebelumnya.

“Hahaha, takut kan lo! Gue tahu kok ka...”

“Dosennya nggak ada! Bubar, bubar!” teriak salah satu temanku memasuki kelas sambil keluar lagi dengan tasnya. Otomatis seisi kelas bersorak dan membereskan buku masing-masing. Nagendra yang belum menyelesaikan kalimatnya pun diseret oleh temannya keluar kelas. Janjian futsal, dengar Taluni sayup-sayup.

“Ketemu Senin ya Taluni!” ucap Nagendra dengan riangnya. Taluni yang hanya bisa mematung membalas perkataan Nagendra dengan pelan. 

Setelah dua per tiga kelas sudah keluar, Taluni membereskan bukunya dan menyadari bahwa bab keempat Kimia Fisika yang tadi ditunjuknya bahkan sudah habis dibahas dan dijadikan bahan ulangan tengah semester. Ah, bodoh sekali, bikin malu saja, batin Taluni sambil membersekan tasnya dan meninggalkan kelas.


-- hit me on @dinikopi

3 komentar:

  1. ini cerita bersambung ato beres di tempat din hehehehe....

    aku justru belajar banyak dari tulisan ini. masih perlu banyak baca aku mah ehehhehe kamu juga din.. banyakin baca toh ntar deretan kalimat sama gambaran adegan bakal ngalir begitu aja karena terbiasa haahha percaya deh

    BalasHapus
  2. Beres di tempat, Yu.
    Aku masih lemah di ending nih. Masih harus eksplor penyelesaian masalah gimana. Aaakkk ayuuu *tarik tarik baju Ayu*

    BalasHapus
  3. kalo kata dina penggamabaran latar sama adegannya belom detil banget gitu kaa. jadi kayak cepet banget jalan ceritanya

    BalasHapus

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?