Gambar dari : calderclark.com |
“Sayang,
fotoin aku dulu dong!” Riani menyerahkan ponselnya dan langsung berpose dengan
mulut mengerucut dan dengan sebelah tangan, ia mengembangkan rambut. Aku
hanya bisa menggelengkan kepala heran sambil membidik kamera.
Tanpa
mengucapkan terima kasih, pacarku itu langsung meraih ponsel dan sibuk
mengetikkan sesuatu. Paling-paling update
Foursquare, Path, atau apa itu yang sedang trend? Twitter. Ah aku tak mengerti kebiasaannya “laporan” pada social media.
Kami memang
sudah sampai di salon langganan Riani, katanya ia ingin creambath dan pijit. Rutinitas seminggu sekali yang musti kami
jalankan dengan hati riang Riani, serta setumpuk game di tablet bekalku
menunggunya. Dan oh, jangan tanya lagi, Riani tak mau ke salon kalau bukan aku
yang mengantar.
Sambil mengambil kursi paling pojok favorit,
jemariku langsung menari cepat untuk menyelesaikan game Punch Hero yang belum tuntas tadi malam. Aku begitu larut
dalam permainan tinju ini sampai-sampai terlonjak saat seseorang menyeletuk.
“Ah, padahal
sedikit lagi menang tuh. Coba pukulan keatas berkali-kali deh”
Seorang
lelaki seusiaku menyeringai lantaran ketahuan memelototi permainanku dari tadi.
“Tio. Bosen
ya nungguin pacar nyalon mulu,” katanya menyodorkan tangan untuk berjabat
tangan. Aku membalas ulurannya.
“Yah cewek.
Kalo nggak nyalon ya ngomongin orang alias gosip,” timpalku sambil tersenyum
samar. Senang rasanya mendapat teman “seperjuangan”. Tio memutar bola matanya.
“Bener, dan
mereka malah bangga kalo diajak gosip. Udah gitu kalo kita main PES dimarahin,
tapi mereka nggak mau dilarang gosip seharian,” ujarnya berapi-api.
“Emang
mendingan diturutin aja deh, hehehe,” aku mencoba berseloroh.
“Terus kalo
ngajak jalan, dandannya bisa lama banget. Nggak ditungguin nanti ngambek.
Ditungguin ya makan ati juga. Enak lo ya bawa Tab, setidaknya nggak bosen,” ia
terus melanjutkan kata-katanya tanpa jeda. Tanpa memberiku kesempatan menimpali.
“Kayaknya
cewek gue naksir sama salon ini deh sejak beberapa hari yang lalu kesini.
Rasa-rasanya sih bakal jadi rutin nih. Siap-siap aja kali ya, gue.” Tak habis
disitu, Tio melanjutkan kalimat bernada kejengkelan yang sama tanpa habis.
Aku hanya
bisa mengangguk dan tersenyum sesekali. Ah, ternyata tidak cuma perempuan yang
doyan ngomongin orang, laki-laki juga. Doyan ngobrol. Doyan gosip. Ternyata
kami saja ya.
Sambil
mencoba mengabaikan ocehannya, aku mereplay
Punch Hero lagi.
-- hit me on @dinikopi
hahaha yg ini bagus, lucu :D
BalasHapus