Selasa, 03 Februari 2015

Kepada Perempuan Penyuka Starbucks

 Lucu rasanya saat kita saling menerima akun satu sama lain di Path, tapi sama sekali tak pernah berbicara selama ini. Saya mengerti, bahwa pertemanan kita di social media terbentuk karena temanmu, yang mana adalah temanku juga. Yang faktanya bahwa kita sama-sama tak pernah berbicara dengan teman kita yang satu itu.

Ada beberapa macam tipe orang di dunia ini:
1. Mereka yang tak menyukai kopi
2. Mereka yang menyukai kopi namun terbatas uangnya, berakhir harus puas dengan kopi sachet
3. Mereka yang tak menyukai kopi namun pergi ke Starbucks setiap hari
4. Mereka yang sangat menggilai kopi dan memilih meminum kopi dari tempat lebih autentik

Dan kamu aku golongkan dalam golongan ketiga. Ah sudah, mengaku saja. Kamu selalu merasakan sakit perut ketika menyeruput kopi berlebihan, bukan? Dan saat ke Starbucks, yang kamu pesan kalau tidak teh, pasti cokelat.

Gambar dari sini
Saya baru sekali bertatap muka denganmu, suatu kunjungan singkat di sore hari pada bagian Selatan Jakarta. Saat itu, kita bertiga dengan si teman. Saya yang hanya memakai kaus oblong, temanku yang memakai sandal Crocs murahan hasil beli di pasar, dan kamu yang memakai flat shoes dari Little Things She Needs. Kita tak banyak berbincang tapi saya tahu pada kelas sosial mana kamu berada. Setelah itu, kita tak pernah lagi mengadakan janji untuk sekedar mengobrol. Aku dan temanku menjadi renggang karena kesibukan, sedangkan kamu akhirnya menjadi dekat dengan temanku.

Saya tahu, hubungamu dengan teman saya berawal dari sama-sama curhat yang berakhir jatuh cinta. Bukan, saya bukan cemburu atau tidak suka dengan hubungan kalian. Itu bukan urusan saya, sebenarnya. Tapi, andai aku bisa berbicara dengan leluasa kepada kamu saat itu, saya akan menyarankan kamu melepaskan teman saya. Saya bukan jenis perusak hubungan orang lain, tapi saya tahu persis kenapa saya yakin kalian berdua tak bisa bersama.

Sudahlah, realistis saja. Teman saya ini tak bisa selalu mengantar kamu setiap hari ke Starbucks. Teman saya tak pernah tahu rasanya menunggu pacar di salon atau membeli es krim seharga ratusan ribu. Kamu tak akan bisa mengerti bagaimana rasanya kekurangan uang untuk bertahan hidup seperti teman saya. What it all comes down to, you are a high maintenance lady, and my friend can not afford it.

Andai kalian sadar ini sejak awal, maka tak ada hati yang tersakiti di antara kamu dan teman saya. Tak akan ada waktu yang terbuang sia-sia, serta pulsa yang melayang percuma. Benar saja beberapa bulan kemudian, kalian menjadi renggang. Memisahkan diri atas nama belum jodoh. Tapi saya tahu sekali sejak awal, masalahnya bukanlah jodoh. Tapi status sosial. Klise memang, tapi hanya ada label itu di lapangan yang harus kalian terima.

Starbucks memang menyajikan minuman pahit dalam menu mereka. Namun kamu selalu memilih hal manis penuh gula untuk diseruput, sedangkan teman saya memilih meminum kopi pahit tanpa gula di warung kopi yang jaraknya 500 meter dari Starbucks.


-- hit me on @dinikopi

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?