Selasa, 31 Agustus 2010

Memungut Perspektif


Mengutip perspektif Yoris Sebastian, saya juga kepengen jadi orang yang selalu melihat label VIP di dahi setiap orang. Karena saya yakin, diatas langit selalu ada langit. Sedangkan saya? Wah, saya sih masih terkapar di rerumputan, belum mencapai langit, tapi gak pernah lelah untuk belajar menyentuh langit paling tinggi tapi tetap menjejak di tanah.


Saya percaya bahwa setiap orang selalu membawa satu pencerahan, membawa satu perspektif baru, dan saya akan semakin “kaya” jika getol berbagi dan diskusi dengan mereka. Saya sedang berusaha meminimalisir melihat orang dengan sebelah mata. Karena lagi-lagi saya yakin, no matter what they are wearing, what colour is their skin, and no matter their background, discussing with them always bring one point of view for me.


Banyak yang memandang saya dengan ekspektasi tinggi, tapi sebenarnya sih saya malah sangat banyak belajar dari mereka. Mereka selalu punya kata-kata sentilan yang tak terpikirkan oleh saya. Yah, gak pernah nyangka aja gitu seorang teman saya yang notabene “invisible” di kelas, tiba-tiba saat mengobrol soal Satpol PP dengan saya, dia malah mengeluarkan perspektif yang belum saya jamah. Ada yin, ada yang. Ada beberapa orang juga yang menganggap saya masih hijau polos. Saya sih sangat menikmati, karena dengan begitu mereka biasanya mengeluarkan lebih banyak ilmu untuk saya. Urusan hebat-hebatan, yah kan gada orang yang hebat di semua bidang, semua orang punya spesialisasinya sendiri. Saya boleh piawai dalam hal berbicara, tapi soal komputer? Duh, saya angkat tangan, hehee.


Sombong, itu adalah satu kata yang jadi blacklist saya, oh iya, juga egois. Bukan hanya karena sombong dan egois tergolong “sikap tercela” dalam buku PPKN anak SD, tapi juga karena saya gak pengen jadi stuck di tempat gara-gara kedua sifat itu. Setiap orang pasti punya kedua karakter tersebut, cuma kadar tiap orang berbeda, nah untuk ini, saya sedang belajar membuat persentasenya menjadi 0%. Itu tadi, kalo kita kelewat sombong atau egois, kita gakan pernah ngeliat orang dalam sisi positif, kita gakan pernah belajar dari orang lain. Maunya orang lain yang terus belajar dan memuja diri kita. Well, it is a BIG NO NO. Shoo shoo sana jauh jauh wahai egois dan sombong


Oiya satu lagi, saya juga percaya kalau setiap orang membawa ilmu baru dengan caranya masing-masing. Ada beberapa orang yang sangat enak diajak diskusi, jadi kita dengan cepat dan terbuka bisa belajar dari dia. Tapi gak menutup juga, kalo diluar sana masih banyak orang-orang nyebelin, orang-orang yang kerjanya buat masalah sama kita, atau bahkan orang yang meng-underestimate kita. Siapa pun pasti ga suka dibuat kesel, apalagi dipandang sebelah mata. Tapi tetep, jangan mikir dari orang-orang ini ga bisa diambil intisari. Justru dari orang yang ngebetein, kita bisa ngecam diri kita sendiri untuk gak berlaku sama kayak dia di masa depan, kita bisa menekankan diri kita untuk lebih baik dari orang ini. Setidaknya kita bakal tahu lah kalo yang namanya dicuekin itu ga enak, atau didominasi itu suck, atau dikomenin macem-macem itu bikin risih.


Siap untuk jadi pribadi yang lebih baik? Okeee, let’s more down to earth and we will see the sky more brightly :D

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?