Jumat, 22 April 2011

Process is Still a Product

No comments    
categories: 
Saya adalah orang yang process-oriented. Saya menghargai setiap detail proses demi mencapai tujuan. Tujuan akhir memang penting, tapi seberapa besar kita belajar dari langkah-langkah yang kita ambil menurut saya adalah yang paling penting. Makanya, saya bersebrangan dengan mereka yang mendewakan hasil, dalam hal ini adalah nilai akhir, alias angka.

Pendidikan di Indonesia mengukur segala sesuatunya dengan angka. Kita dicap jenius kalau berhasil dalam matemaika dan fisika, namun terlihat "gak berbobot" kalo menguasai sosiologi dan kewarganegaraan. Orangtua kita akan memeluk bangga anaknya kalau nilai 8 dan 9 menghiasi raport, namun berlaku sebaliknya jika hanya ada angka 7. IP satu koma berasa jadi orang paling bodoh satu universitas. Yah, apa apa berbau angka deh.

Di teater yang pernah saya tonton, berjudul "Pendidikan Merobotkan Manusia", ada satu kata-kata yang saya langsung ketohok banget, yang kira-kira berbunyi gini "kalo proses itu ga bisa dihitung, tapi jumlah piala bisa dihitung". Deg! Lagi-lagi angka, dan saya berpikir, mungkin ada benarnya. Maksud saya, gimana caranya coba mengukur secara akurat apakah seseorang telah berhasil atau suatu perusahaan sudah maju? Dengan angka kan? Satu-satunya variabel yang bisa diukur.

Contoh lain, datang dari video ini,




S.M.A.R.T adalah metode sederhana untuk membuat aksi sosial. Di variabel SMART, ada "M" yang merupakan kepanjangan dari Measurable, alias terukur. Bagaimana mengukur aksi sosial mu berhasil atau tidak? Dari angka! Di contoh video ini, dari berapa sleeping bags yang bisa dibagi. Ditentukan dari angka kan?

Keberhasilan itu menurut saya adalah sesuatu yang kualitatif, dan terukur atau tidak, pastinya berbau kuantitatif. Memang rada absurd kalau yang kualitatif dipaksakan diukur dengan kuantitatif. Tapi yah, kalau keberhasilan ini ingin diukur, memang dengan angka. Kecuali kalau mau pakai sistem "apapun hasilnya, sebutkan pencapaian atau pelajaran apa saja yang sudah kamu pahami" baru itu kualitatif.

Saya jadi ngerti jalan pikir para perumus pendidikan yang disana. Iya, saya jadi maklum. Mungkin mereka dilema juga, bagaimana mengukur keberhasilan seorang murid, ya emang dengan angka sih yang paling bisa dilakukan. Tapi, dengan postingan ini, bukan berarti saya lantas menjadi score-oriented. Tetap bagi saya proses adalah pembelajaran yang sesungguhnya

Seperti label yang tertempel di jalan pikir saya "Process is a Product!"

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?