Minggu, 09 Juni 2013

[Tulisan Tamu] Are We?

5 comments    
categories: 
First of all, sebelum berlanjut, coba tanyakan pada diri masing-masing, apakah kita benar-benar pasangan pacar kita dan pacar kita benar-benar pasangan kita? Hampir seratus persen jawab iya gue rasa. Meskipun nggak sepenuhnya yakin dengan ke-iya-annya. Kalo asumsi gw ini salah, silahkan jangan misuh-misuh, tapi kalo bener, yuk kita diskusiin beberapa poin di bawah ini yang menurut gue (baca : pengalaman) pribadi harus dipikirin masak-masak sebelum mengeluarkan kata “benar” sebagai jawaban pertanyaan gue di atas.

Gambar dari : http://weheartit.com/entry/59435902
BIBIT, BEBET, BOBOT

Actually,  I hate these words. Serius deh, istilah ini terdengar overrated. Bukan gue nggak setuju. Tapi masalahnya, di sini pengertian bibit, bebet, bobot ini ga berkembang dari zaman dulu. Istilah ini masih sama artinya seperti pengertian zaman priyayi dulu. For some people, yang emang keturunan atau “merasa” keturunan priyayi, Bibit, Bebet, Bobot ini ada dalam lingkup level, derajat, status sosial keluarga asal yang sama.

Padahal ada juga pengertian yang lebih baik dari bibit, bebet, bobot ini. Yang lebih relevan dan bisa diterima (at least buat gue), serta lebih menghargai karena pengertian bibit, bebet, bobot ini adalah bukan berdasarkan status sosial  keluarga yang sama, melainkan murni berdasarkan nilai yang dimiliki, dibawa, dan dipegang teguh oleh seseorang.

Gue nggak mau bilang salah satu dari kedua pengertian versi gue adalah yang paling benar. Gue hanya mau mengingatkan untuk please make sure dulu kalo pacar lo itu punya pemikiran yang sama dengan lo tentang bibit, bebet, bobot. Dan jika ternyata penafsiran kalian berbeda tentang itu, tolong PASTIKAN dan USAHAKAN kalian mau BERJUANG untuk menyamakan persepsi dan meyakinkan orang-orang yang berhubungan dengan kalian untuk memahami persepsi yang kalian anut.

WHO’S THE BOSS?

Coba pikirkan selama tiga detik, selama ini siapa yang jadi bos dalam hubungan kalian? Kamu atau pacar? Kalo jawaban kamu adalah salah satu dari kamu dan pacarmu, congrats, kalian nggak sedang pacaran, tapi sedang main kantor-kantoran, ada bos, ada anak buah.

Yang namanya pacaran itu, sepengetahuan gue adalah kalian jadi PARTNER bukan boss atau anak buah. Jadi selama salah satu dari kalian merasa dan bersikap seperti boss, hubungan kalian bukan pacaran, dan kalian bukan pasangan untuk satu sama lain.

YOU’RE MINE

Poin ini berkaitan dengan tulisannya dinikopi, jangan karena kita punya pacar, lalu gerak kita dibatasi. Nggak boleh ini, itu. Nggak bisa ini,  itu. We’re together doesn’t mean you’re mine, karena kita bukan benda mati yang bisa dikekang sedemikian rupa.

His/her life is my life and my life is his/her life, ini yang bener, bukan your life is mine!

WHO’S THE BAD GUY ?

Sebagai partner, kita harus saling mendukung, saling mengisi, saling berbagi, saling mengingatkan, dan yang penting  SALING PERCAYA. Kalo salah satu dari kalian sudah mulai mengekang, itu tandanya salah satu dari kalian, atau bahkan dua-duanya tidak saling percaya. Berarti juga salah satu dari kalian atau bahkan dua-duanya tidak dapat dipercaya. Ini yang akhirnya disebut INSECURE.

Hati-hati, insecure ini menular lho. Kalo sampai ada salah satu rules yang kalian buat atas dasar insecure, maka niscaya pasangan kalian akan menuntut peraturan itu diterapkan juga kepada kalian dengan nilai tanggung jawab yang sama.

Yang perlu diingat adalah, bukan berarti kita boleh bebas sebebas-bebasnya. Kalo pasangan kita sudah mulai protes akan suatu hal, maka itu berarti hal tersebut memang sudah berlebihan. Protes itu adalah bentuk peringatan, maka kita harus juga bisa legowo untuk introspeksi dan membenahi agar jangan sampai protes itu berubah menjadi perasaan insecure pada diri pasangan yang berujung pada tidak dipercayanya kita oleh pasangan.

Gambar dari : http://weheartit.com/entry/62529401

So, setelah berpikir ulang dengan bercermin kepada tiga poin di atas, sudahkah kita menemukan jawaban atas pertanyaan gue di awal tadi? Mari kita introspeksi diri masing-masing sebagai pasangan bagi partner kita masing-masing. Mohon diingat jika semua hal bisa dan harus dibicarakan serta dikomunikasikan sehingga kita bisa memperbaiki hal-hal yang kurang baik dalam hubungan kita dan akhirnya kita bisa menjawab dengan penuh keyakinan bahwa benar kita dan pacar ditakdirkan untuk menjadi pasangan.


Tangerang, 2 June 2013

AC7

5 komentar:

  1. Buat penulis tamu alias AC7, sungguh sebuah refleksi yang berakhir ada manfaatnya, menulis lagi. Saya mendoakan agar hubungan selanjutnya berlangsung dengan baik dan menuju tujuan yang benar. Aamiin.

    Akhir kata: #mendukungAC7untukpunya blog, teteup :D

    Untuk pemilik blog ini, salam kenal *dadahdadahsamaDini* Header-nya lucu, deh.

    -Pagit-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sampein pesennya ke AC7 ah! Hihhihii, iya dia katanya males bikin blog masa, karena takut gabisa dimaintain :|

      Salam kenal juga *engggg manggilnya apa nih*. Makasih ya udah main ke blog :D

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minder? Menurutku sih itu jadi masalah orang yang minder. Kalo kamu minder, jangan sekali-kali menyalahkan orang lain. Karena yang salah ya di diri kamu sendiri. Siapa suruh nggak memperbanyak kualitas diri. Hihihihii

      PD doang ah :D

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?