First of all, sebelum berlanjut, coba tanyakan pada diri
masing-masing, apakah kita benar-benar pasangan pacar kita dan pacar kita
benar-benar pasangan kita? Hampir seratus persen jawab iya gue rasa. Meskipun nggak sepenuhnya yakin dengan ke-iya-annya. Kalo asumsi gw ini salah, silahkan jangan
misuh-misuh, tapi kalo bener, yuk kita diskusiin beberapa poin di bawah ini
yang menurut gue (baca : pengalaman) pribadi harus dipikirin masak-masak sebelum
mengeluarkan kata “benar” sebagai jawaban pertanyaan gue di atas.
Gambar dari : http://weheartit.com/entry/59435902 |
BIBIT, BEBET, BOBOT
Actually, I hate these words. Serius deh, istilah
ini terdengar overrated. Bukan gue nggak setuju. Tapi masalahnya, di sini pengertian bibit, bebet, bobot ini ga
berkembang dari zaman dulu. Istilah ini masih sama artinya seperti pengertian
zaman priyayi dulu. For some people,
yang emang keturunan atau “merasa” keturunan priyayi, Bibit, Bebet, Bobot ini ada
dalam lingkup level, derajat, status sosial keluarga asal yang sama.
Padahal ada juga pengertian yang lebih baik dari bibit, bebet, bobot
ini. Yang lebih relevan dan bisa diterima (at
least buat gue), serta lebih menghargai karena pengertian bibit, bebet,
bobot ini adalah bukan berdasarkan status sosial keluarga yang sama, melainkan murni
berdasarkan nilai yang dimiliki, dibawa, dan dipegang teguh oleh seseorang.
Gue nggak mau bilang salah satu dari kedua pengertian versi gue adalah yang paling benar. Gue hanya mau mengingatkan untuk
please make sure dulu kalo pacar lo
itu punya pemikiran yang sama dengan lo tentang bibit, bebet, bobot. Dan
jika ternyata penafsiran kalian berbeda tentang itu, tolong PASTIKAN dan USAHAKAN kalian mau BERJUANG untuk menyamakan persepsi dan
meyakinkan orang-orang yang berhubungan dengan kalian untuk memahami
persepsi yang kalian anut.
WHO’S
THE BOSS?
Coba pikirkan selama tiga detik, selama ini siapa yang jadi bos dalam
hubungan kalian? Kamu atau pacar? Kalo jawaban kamu adalah salah satu dari
kamu dan pacarmu, congrats, kalian nggak sedang pacaran, tapi sedang main
kantor-kantoran, ada bos, ada anak buah.
Yang namanya pacaran itu, sepengetahuan gue adalah kalian jadi PARTNER bukan boss atau anak buah. Jadi
selama salah satu dari kalian merasa dan bersikap seperti boss, hubungan kalian
bukan pacaran, dan kalian bukan pasangan untuk satu sama lain.
YOU’RE
MINE
Poin ini berkaitan dengan tulisannya dinikopi, jangan karena kita
punya pacar, lalu gerak kita dibatasi. Nggak boleh ini, itu. Nggak bisa ini, itu. We’re together doesn’t mean
you’re mine, karena kita bukan benda mati yang bisa dikekang sedemikian
rupa.
His/her life is my life and my
life is his/her life, ini yang
bener, bukan your life is mine!
WHO’S
THE BAD GUY ?
Sebagai partner, kita harus saling mendukung, saling mengisi, saling
berbagi, saling mengingatkan, dan yang penting
SALING PERCAYA. Kalo salah
satu dari kalian sudah mulai mengekang, itu tandanya salah satu dari kalian,
atau bahkan dua-duanya tidak saling percaya. Berarti juga salah satu dari
kalian atau bahkan dua-duanya tidak dapat dipercaya. Ini yang akhirnya disebut INSECURE.
Hati-hati, insecure ini
menular lho. Kalo sampai ada salah satu rules
yang kalian buat atas dasar insecure, maka
niscaya pasangan kalian akan menuntut peraturan itu diterapkan juga kepada kalian
dengan nilai tanggung jawab yang sama.
Yang perlu diingat adalah, bukan berarti kita boleh bebas
sebebas-bebasnya. Kalo pasangan kita sudah mulai protes akan suatu hal, maka
itu berarti hal tersebut memang sudah berlebihan. Protes itu adalah bentuk peringatan,
maka kita harus juga bisa legowo untuk introspeksi dan membenahi agar jangan
sampai protes itu berubah menjadi perasaan insecure
pada diri pasangan yang berujung
pada tidak dipercayanya kita oleh pasangan.
Gambar dari : http://weheartit.com/entry/62529401 |
So, setelah berpikir
ulang dengan bercermin kepada tiga poin di atas, sudahkah kita menemukan
jawaban atas pertanyaan gue di awal tadi? Mari kita introspeksi diri
masing-masing sebagai pasangan bagi partner
kita masing-masing. Mohon diingat jika semua hal bisa dan harus dibicarakan
serta dikomunikasikan sehingga kita bisa memperbaiki hal-hal yang kurang baik
dalam hubungan kita dan akhirnya kita bisa menjawab dengan penuh keyakinan
bahwa benar kita dan pacar ditakdirkan untuk menjadi pasangan.
Tangerang, 2 June 2013
AC7
Buat penulis tamu alias AC7, sungguh sebuah refleksi yang berakhir ada manfaatnya, menulis lagi. Saya mendoakan agar hubungan selanjutnya berlangsung dengan baik dan menuju tujuan yang benar. Aamiin.
BalasHapusAkhir kata: #mendukungAC7untukpunya blog, teteup :D
Untuk pemilik blog ini, salam kenal *dadahdadahsamaDini* Header-nya lucu, deh.
-Pagit-
Aku sampein pesennya ke AC7 ah! Hihhihii, iya dia katanya males bikin blog masa, karena takut gabisa dimaintain :|
HapusSalam kenal juga *engggg manggilnya apa nih*. Makasih ya udah main ke blog :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMinder? Menurutku sih itu jadi masalah orang yang minder. Kalo kamu minder, jangan sekali-kali menyalahkan orang lain. Karena yang salah ya di diri kamu sendiri. Siapa suruh nggak memperbanyak kualitas diri. Hihihihii
HapusPD doang ah :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus