Saya adalah orang baru di dunia aktivisme. Saya baru mulai dari Juli kemarin sampai sekarang. Namun, beberapa organisasi yang saya ikuti, mengizinkan saya bertemu dengan banyak orang professional lainnya. Nah sebagai contohnya, saya akan mengambil dua contoh sampel dari dua orang mentor saya. Yang satu adalah Retha Dungga dari Transparency International Indonesia yang megang anak-anak SPEAK, satu lagi adalah Joan Wicitra dari Mercy Corps Indonesia yang megang leaders di Global Citizien Corps Indonesia.
Kak Retha adalah salah satu perempuan enerjik yang pernah saya kenal. Gaya berpakaian yang dominasi casual sporty ditambah rambut pixie-nya yang sumpah saya naksir banget, makin mengukuhkan kalo dia selalu bisa gerak lincah kesana kesini. Julukannya sebagai "ibu SPEAK" mengizinkan dia jadi semacam koordinator utama bagi kami. Tapi bukan koordinator yang otoriter, karena pun di SPEAK, kami punya koordinator sendiri.
Yang saya adore dari sosok kak Retha adalah eneginya yang kayak ga pernah habis, dia bisa di kantor sampe larut malam hanya karena dia emang lagi pengen. Katanya pas malem, otaknya dalam keadaan prima. Yap, saya yang punya siklus serupa juga tahu tuh gimana asiknya kerja malem-malem. Selain itu, aura positif dari dia selalu bikin semangat. Selalu sukses nular ke anak-anak yang lain. Ingat beberapa tulisan saya yang masih bernada pesimis? Saat di-edit sama dia, wew jadinya sangat cantik dan positif. Haha, itu yang saya masih harus belajar lagi dari Kak Retha.
Kerja sama kak Retha membutuhkan penyesuaian cepat, karena ritme kerjanya selalu tep tep tep, alias langkah per langkah musti jelas dan terarah. Kadang saya sendiri agak kewalahan karena kaget. Iyalah, saya yang dulu hanya tahu kerja di dunia ilmiah kampus, eh sekarang diajarin kerja bak profesional di dunia kerja. Jujur, sampe sekarang pun saya masih menyesuaikan dan terus mengupgrade diri. Tapi inilah serunya. Saya kayak tertantang untuk kerja sistematis (secara pada dasarnya saya adalah orang yang sangat random).
Contohnya, kalo mau bikin acara, langsung buat apa aja keperluannya, harus berurusan sama siapa aja, apa sumber daya yang kita punya, bikin timeline kerja, udah konfirmasi ke orang A apa belum, peralatan B udah ada belum, udah memberitahukan kelompok C D E belum, dan berbagai ritme kerja sistematis. Saya sendiri ngeliatnya seperti pembiasaan saya sebelum melangkah ke dunia kerja profesional yang beneran-nya. Secara saya pasti gak akan nyentuh laboratorium lagi setelah lulus kuliah, tapi mau kerja di bidang sosial. Jadi pemantapan kayak gini yang emang saya perluin banget.
Di pihak yang serupa, ada kak Joan. Yang saya adore dari dia adalah gaya berpakaiannya yang casual modis, yang dimata saya terlihat seperti perempuan mandiri yang punya kontrol atas hidupnya. Karena labelnya yang notabene adalah seorang debater, jadi ngobrol sama kak Joan itu terasa membaca sebuah buku yang gamau ditutup sebelum habis. Intonasi suaranya yang tegas tapi gak menggurui, pemilihan kata yang minim diskriminasi, gesture nya saat berbicara, ngebuat ga bosen deh kalo dengerin dia ngomong. Dia dengan cantiknya bisa menjelaskan sesuatu dengan tegas tapi tetap asyik.
Kalo sebelumnya kita gapunya stand point akan suatu masalah, dia bisa menunjukkan stand point dia dengan dasar sosial yang kuat. Caranya berbicara yang selalu melihat ke semua orang yang dia ajak ngobrol ngebuat kita sebagai pendengar merasa dihormati. Nah mungkin karena label debater inilah yang ngebuat dia smooth banget kalo ngomong. Sounds like smooth persuader. Ngebaca email dari dia aja selalu bikin ceria, langsung kebayang tuh seakan-akan dia yang lagi ngomong kalimat itu, lengkap dengan body languange-nya.
Dua sosok diatas itu tidak saya bandingkan, tapi saya sandingkan. Mereka adalah contoh perempuan yang saya pengen dapatkan kombinasi positif dari keduanya sebelum akhirnya saya cocokkan dengan dasar diri saya sendiri. Seru banget kerja bareng mereka yang tahu bagaimana mengapresiasi orang dan yang pasti membuat saya mau mengupgrade diri jadi lebih baik.
Sabtu, 05 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?