Kalo menurut saya sih, benar atau salah, baik atau buruk itu subjektif banget.
Gambar dari : http://pinterest.com/pin/269230883945092906/ |
Sakit? Pastinya. Siapa yang ingin disebut serendah itu lantaran hal kebiasaan yang mungkin bagi teman saya dan orang-orang Bekasi, remeh. Bagi orang Malang, ini justru masalah besar. Nah, faktornya budaya kan. Ada perbedaan budaya yang bersinggungan. Siapa yang benar atau salah? Tergantung dari mana kita melihat :)
Sama halnya dengan pulang malam. Saya memiliki kebiasaan pulang kantor jam 9-10 malam. Bagi kantor saya, ini adalah hal yang wajar, mengingat kami semua masuk kantor jam 11-12 siang, lalu bekerja hingga larut malam. Bahkan kalau sedang dikejar kerjaan, bisa lembur sampai jam 5 pagi. Nggak kenal jenis kelamin dong, mau perempuan mau laki-laki, kalo ada kerjaan ya dibereskan sampai kelar baru bisa pulang. Daripada dibiarkan menumpuk keesokan harinya.
Ini membuat saya sering berkeliaran sampai jam 11-12 malam diluar kosan. Bagi saya itu sangat wajar. Ini Jakarta. Akses kendaraan masih tersedia 24 jam. Jakarta tak pernah sepi, membuat saya tak takut untuk pulang malam. Lagipula saya nggak ngapa-ngapin kok pulang malamnya. Orangtua saya juga baik-baik aja mengenai hal ini. Mereka percaya atas pilihan saya, bahkan dari awal membantu cari kosan yang nggak punya jam malam agar anaknya bisa pulang kapan saja dengan tenang.
Menurut saya, pulang malam itu wajar. Menurut orang lain? Belum tentu, mungkin ada yang melabeli saya perempuan tak baik karena ini? Lagi-lagi kan soal kebiasaan. Siapa yang benar atau salah juga subjektif :)
Selalu ada kisah dibalik setiap pelabelan baik atau buruk. Kita emang nggak bisa menghakimi hidup seseorang dari kacamata kita kan ;)
-- hit me on @dinikopi
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?