Senin, 02 Februari 2015

Surat Telat Untuk Februari

Hampir semua orang mengirimkan surat untukmu di tanggal 1 Februari, tapi semenjak saya memiliki kebiasaan yang terkadang tak lazim, maka saya memutuskan untuk mengirimu surat di hari kedua. Ck, sudahlah jangan cemberut seperti itu.

Sebenarnya, yang saya ingin ajak berbincang langsung bukanlah Februari, atau Maret, atau April, atau bahkan Januari yang telah mengkerut. Tapi, waktu secara keseluruhan. Mmm, sejujurnya belakangan ini saya terlalu sering memikirkan waktu. Memikirkanmu dengan ditemani adrenalin yang datang dari secangkir kopi serta setumpuk post-it-notes di latar belakang ruangan. Saya cemas memikirkan kamu yang terus berjalan cepat dengan angkuhnya. Seolah tahu bahwa saya tak punya kemampuan untuk mencegatmu sejenak untuk makan es krim atau memotong kuku.

Gambar dari sini
Sekarang sudah tanggal 2 Februari 2015. Saya hanya punya beberapa bulan lagi untuk menyelesaikan apa yang sudah saya mulai di institusi tempat saya bersekolah. Dan Februari kali ini memiliki rentang 28 hari saja. Oh, begitu teganya engkau memacuku untuk terus melakukan sesuatu agar hutang agendaku terbayar lunas. Ditambah umur saya sudah tak lagi belasan, dan saya mulai menyadari bahwa masih banyak yang ingin saya miliki dan raih. Tapi Februari pasti berlalu dengan cepat dan digantikan dengan seniornya, Maret. Sekali lagi memandang saya dengan angkuh alih-alih pelayan baru yang canggung.

Waktu bukanlah kosakata yang saya pahami, dan rasanya 24 jam terasa sangat singkat serta tak cukup. Salahkan rotasi bumi saja, begitu kata satu sisi hati saya. Ah, andai segampang itu memilih ingin tinggal di planet mana untuk menghemat detik.

Tapi semenjak waktu itu bersifat relatif dan manipulatif, saya tahu bahwa saya tak perlu ciut dari menit ke menit. Mungkin mata uang yang dapat ditukar dengan kepingan detik adalah memori yang tercetak atas habisnya waktu itu sendiri. Seperti waktu sedang memperingatkan saya untuk menghabiskan waktu dengan mengerjakan hal yang saya suka, bersama orang yang saya cintai, dan menciptakan kenangan yang layak disimpan dan diceritakan di ruang tamu saat anak-anak selesai mengerjakan pekerjaan rumah mereka.

Baiklah, saya akan meracik kenangan dengan orang yang ingin saya kenang selamanya. Menghabiskan berliter-liter es krim hanya untuk merasa lebih baik, tak berusaha menebak apa yang akan datang karena biarlah menjadi kejutan, dan mensyukuri setiap fragmen waktu yang sedang saya alami karena tak dapat diulang atau diminta kembali.

Benarlah kalimat "waktu adalah hal termahal yang dapat kamu berikan kepada seseorang". Karena waktu adalah kemewahan yang tak dapat kita kendalikan, tak dapat ditabung namun dapat disia-siakan dengan mudah. Maka alat terbaik untuk mengkristalkan waktu adalah dengan cerita dan selembar foto yang akan kamu pajang di lorong rumahmu.

Oh Februari, sampaikan suratku ini pada waktu. Biarkan ia tahu bahwa di sini ada seseorang yang meminta belas kasihannya serta mencoba melewatinya dengan berlari.

-- hit me on @dinikopi

4 komentar:

  1. Jarang-jarang nemu surat puitis gini, hebat kak :)

    BalasHapus
  2. "waktu adalah hal termahal yang dapat kamu berikan kepada seseorang"..
    I'm agree with that word.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you so much for stopping by Kak Ruby :)

      Hapus

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?