Rabu, 30 Juni 2010

Nasihat Klasik

No comments    
categories: 

as i wrote before in my post in this blog, ive tried to join some international events and also busy my self with social works in Lembaga Kajian Mahasiswa (my institution i joined in college)

semester lalu saya sempat semi-off di kegiatan kampus dan ekstra-kurikuler lainnya. Kerjaan saya hanya berkutat dengan laporan praktikum dan teori-teori kromatografi sampai asam amino. Huah what a heavy term, hahaha. Saya agak stres pada awalnya, karena passion saya adalah di kegiatan sosial, tapi karena semester lalu saya meraih prestasi terbawah dengan menyandang IP satu koma (how pitty) saya harus bekerja super duper keras untuk membalikkan posisi saya. Yah i didnt have any idea kenapa angka segitu yang bisa muncul, tapi Universitas Negeri Jakarta, especially in MIPA terkenal dengan dosennya yang "jahat" memberi nilai. Apalagi saya masuk jurusan murni, yang artinya saya harus menguasai Kimia sampai ke ujung akarnya. I love Chemistry anyway, tapi jujur saya paling lemah di hitung-hitungan namun handal di narasi, jadilah saya selama semester kemarin belajar semalam suntuk dan mengumpulkan sisa-sisa semangat di tiap penghujung malam

and, voila ! ive got 3,27 now
eventhough number (baca : IP) doesnt matter for me, apalah arti sebuah angka kalo ga pernah berguna bagi masyarakat. tapi saya sadar betul bahwa pembuktian dengan angka ini masih diperlukan di Indonesia. sayangnya negara kita masih score oriented, bukan process oriented (it breaks my heart). apalagi saya dilahirkan di keluarga yang sangat menjunjung prestasi akademik. Semenjak kecil, saya dan adik-adik saya didoktrin bahwa orang yang sukses memiliki kriteria utama yaitu, jadi bintang di akademik. Dulu saat SD dan SMP bagi saya mudah saja begitu. Karena mungkin standar pelajarannya masih bisa saya ikuti, lagipula saat itu saya belum bertemu dengan orang-orang yang jauh briliant daripada saya (hemm, sorry im not showing off). Tapi saat SMA bahkan kuliah, rasanya berat untuk menyanggupi permintaan dari orang tua. Seakan ada beban yang masih tersisa karena saya belum bisa menjadi juara kelas tiap semesternya. but ive tried and still trying to give my best !

Oke, balik ke topik
sekarang setelah menjalani satu semester dengan menahan kantuk demi laporan praktikum, sakit yang naik turun, juga tekanan dari LKM yang meminta saya aktif kembali, ive got that number

dan sekarang saya meminta hak saya. Hahaha, bukan hak juga sih, hemm, i want my present. ga susah susah kok, saya kepengen aktif lagi di kegiatan sosial, mengerjakan social works, becoming event organizer, joining some competitions, and travelling to different culture :)
yah, at least selama liburan ini lah.

dan lagi-lagi, orang tua saya memberikan nasihat klasik :
"boleh ikut-ikut kegiatan di luar kampus. asal inget kuliahnya aja"
fhuu fhuu jujur langsung agak jiper, hey ayo dong yang namanya belajar itu bukan cuma di ruang kelas aja, bukan cuma duduk manis ngikutin kuliah, i even learned bigger bigger education about life in my social works and projects. and i think, that's important to back up my academic, if i wanna find some quality jobs, they dont only see my number right, but also how good i am in socializing.

yah selama liburan saya puas-puasin ngehandle projects dulu sebelum nanti masa kuliah datang dan saya harus semi-off lagi. saya gak mau nilai saya turun lagi loh, haha.

chayoo !

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?