"berusaha melupakan masa lalu umpama mendoakan
separuh tubuhmu mati kena stroke." - @hurufkecil
Masa lalu emang harusnya nggak usah ditengok-tengok lagi. Sesuatu yang harusnya direlakan, ditertawakan kebodohannya, dan dipelajari agar mendapat hal yang baru. Iya, hal yang baru dong. Masa mau terus-terusan ada dalam satu fase aja, nggak berubah-ubah. Nggak ada kemajuan dong hidupnya.
Belakangan ini saya kembali dihantui dengan masa lalu. Betul, kata yang saya pakai adalah "dihantui". Yang mana saya udah nggak mau lihat masa lalu, cukup ditertawakan saja. Tapi masa lalu itu datang datang dan datang. Memaksa saya untuk kembali pada euforia lalu yang pekat.
Saya berteriak tidak, menghempaskan bayangan, mengucapkan kata dengan asertif, tapi mereka tak kunjung pergi. Mungkin mereka mengira saya suka dengan masa lalu. Tidak, mereka salah, sangat salah. Keluarkan saya dari masa lalu ini.
Ini nggak berlangsung sekali. Beberapa kali, mereka meyakinkan saya kalau masa lalu adalah jalan terbaik. Harus berapa kali saya berteriak tidak agar mereka pergi? Berapa hentakan lagi yang harus saya kerahkan agar tangannya lepas? Saya takut. Saya muak. Saya nggak mau ambil langkah yang salah. Lagi.
Saya nggak hidup dalam bayangan mereka. Mereka juga harusnya gitu. Atau setidaknya, jangan melihat-lihat bayangan saya lagi. Apa mereka buta? Apa mereka nggak dengar saya tertawa dengan lebih keras sekarang? Apa mereka nggak lihat semburat merah di pipi saya sekarang? Kenapa mereka datang lagi?
Dan setelah mimpi penuh penolakan, berlari dari genggaman tangan mereka, saya selalu terbangun dengan perasaan nanar. Berasa lebih baik saya melanjutkan hidup. Tanpa. Mereka.
-- hit me on @dinikopi
0 respon:
Posting Komentar
Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?