Senin, 17 September 2012

#WritingClass - Tamu Tak Terduga

No comments    
categories: 


Gambar dari : https://pinterest.com/pin/25262447879830516/

Kamu susah banget sih ditelpon?Pacarku yang berada di ujung telpon malah tertawa jahil. Aku mengumpat pelan.

“Kenapa sih, sayang? Tadi sinyalnya parah banget di lapangan. Makanya nggak bisa ditelpon. Daripada boros baterai, kumatikan saja sekalian,” ucap Nata bersungguh-sungguh. Rajukanku berlanjut. Pasalnya, hari ini hatiku sedang tak karuan.

Pertama, jam sebelas malam aku baru saja pulang dari kantor ditemani dengan ucapan supervisorku yang meminta agar datang jam tujuh pagi keesokan harinya. Tampaknya klien baru di kantor memang sedang rewel.

Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ini adalah malam kedua memimpikan mantan pacarku. Adegannya aneh. Seperti mengasosiasikan ia berusaha mendapatkanku kembali. Namanya Aksa Legawa. Pria ini memang sangat obsesif pada apapun yang menjadi keinginannya. Aku tahu betul itu karena sudah empat tahun bersamanya.

Tapi itu sudah berlalu setahun silam. Semuanya baik-baik saja sampai aku berulang kali memimpikannya belakangan ini. Adegan Aksa merebut pegangan tanganku dari pagar dermaga, juga dimana ia memelukku erat-erat seakan takut kehilangan. Dan aku diam saja. Membiarkan semua terjadi, padahal di mimpi itu, aku menyadari sudah ada Nata.

Kalau terus menerus memimpikan seseorang, artinya ia sedang merindukan kita. Begitu yang pernah ku ketahui. Aksa merindukanku? Duh, itu adalah fakta terakhir yang ingin aku ketahui.

Supaya bebas mimpi buruk, aku membeli kalung berbentuk dreamcatcher yang kupasangkan  pada tiang tempat tidur. Semoga  manjur. Andai saja dreamcatcher juga berfungsi menentramkan hati, maka Nata sudah bebas dari rajukanku malam ini. Pria yang kucintai selama tiga bulan terakhir, sungguh sabar. Padahal besok pagi ia harus berangkat ke luar kota untuk urusan pekerjaan.

Berulang kali Nata membujukku agar tenang. Mulai dari bercanda sampai berjanji akan datang secepatnya setelah semua selesai. Karena mengantuk, aku segera setuju. Semakin lama, mataku semakin berat. Nata pun sudah mendengkur di seberang sana. Angin sepoi-sepoi dari kipas yang berada di langit-langit kamar mengantarkan tubuh lelah ini pada ketidaksadaran.

*** 

Tok tok tok.

Badanku tersentak mendengar ketukan di pintu kontrakanku. Siapa yang datang sepagi ini? pikirku sambil melirik jam di dinding kamar. Jam enam? Astaga cepat sekali. Teringat kalimat supervisorku tentang meeting pukul tujuh. Rasanya badan ini masih menempel erat pada kasur.

Tok tok tok. Bukan mimpi ya? Gerutuku tak senang. 

Tok tok tok. Duh, gigih amat sih! Seharusnya kalau tidak ada yang membukakan pintu, pergi saja. Aku bersungut-sungut dalam hati. Sambil refleks meraih ponsel, aku berjalan gontai melihat tamu tak tahu diri ini.

Deg.

Sedetik kemudian, jantungku berdebar dua kali lebih cepat daripada biasanya. Bahkan lebih cepat daripada selepas menegak kopi.

Aksa?

“Ragini! Aku rindu sekali,” ucap Aksa riang. Ia makin tampan dengan bekas cukuran yang membayang di dagunya.

“Kamu... tahu darimana aku disini?” Kataku setengah menggantung.

“Dari foursquare,” jawabnya. Aku merutuki kebiasaan check in yang akut.

“Aku bawa sarapan nih. Gado-gado kesukaanmu. Nggak pakai daun singkong dan ekstra kuah.” Aksa menunjukkan plastik yang digenggamnya. Aku masih melongo sambil mengerjap-ngerjapkan mata.

“Temani aku sarapan sekalian ya,” kata Aksa sambil menerobos masuk. Badannya refeleks kutahan, dan mendorong keluar dengan pelan.

“Aku nggak mempersilahkan kamu masuk tadi.” Wajahku mulai menegang. Aku baru sadar tadi malam aku memimpikan pria yang sama. Tampaknya kalung berbentuk dreamcatcher saja tak cukup.

Aksa terlihat kaget melihat reaksiku. “Maaf Aksa, lebih baik kamu cari orang lain. Kekasih barumu mungkin?” Lelaki itu terkesiap. Sebelum ia berbuat lebih banyak, aku menutup pintu. Kunci rangkap.

Ringtone yang familiar, bergema dari ponsel di tanganku.

Deariest Nata

“Halo sayang,” ucapku kepada sang penyelamat pagi ini.


-- hit me on @dinikopi

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?