Selasa, 02 Juli 2013

Ayah dan Rahasianya

6 comments    
categories: 
Kata orang dewasa, anak kecil nggak boleh ikut campur urusan mereka. Aku cuma disuruh belajar dan bersikap baik di rumah. Tapi kadang, orang dewasa juga lupa, kalau aku masih punya telinga. Aku bisa tahu sesuatu lagi beres atau nggak di rumah.

Gambar dari : http://weheartit.com/entry/66747180/via/Glamerina
Aku sendiri masih belum mengerti arti selingkuh. Tapi Ibu selalu menggumamkan kata itu di sela isak tangisnya di kamar mandi. Oh, tentu saja aku mengintip untuk tahu. Mengendap dari selot pintu saat Ayah sudah membanting pagar. Ditambah lagi semua desisan marah yang datang dari kamar mereka kala aku berpura-pura menggelamkan diri pada halaman buku Fisika. Serta tak perlu kuhitung lagi helaan napas tak acuh dari Ayah saat Ibu mengurus piring sarapannya.

Aku selama ini cuma bisa diam. Aku emang anak yang nggak pernah rewel sama urusan orang dewasa. Setidaknya itu sih yang mereka tahu. Sedangkan setiap malam aku berjinjit ke ruang tamu untuk mengecek ponsel Ayah. Jangan salahkan aku, rasa penasaran ini udah lebih besar daripada aksi diam seribu bahasa yang aku lancarkan.

Aku melihat perempuan yang sudah membuat Ibuku menangis setiap hari. Dia bukan guru Bahasa Inggrisku atau seseorang yang ku kenal. Nggak kayak drama di televisi yang selalu punya banyak kebetulan. Aku bener-bener nggak kenal dia. Tapi, aku menyimpan baik-baik pola wajahnya. Memastikan aku akan mengingatnya kalau bersisian di jalan. Siapa yang tahu?

Dan ya, sebagai anak kecil, aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku cuma bisa menarik rok abu-abu yang ku pakai setiap hari ke sekolah dengan rapi. Jadi, kalau aku ketemu sama perempuan ini di jalan, ia bisa melihat bahwa Ibuku masih perempuan hebat yang bisa mengurus anak dan rumah tangganya.

*ditulis sebagai balasan untuk cerita @lalapurwono di http://jeunglala.wordpress.com/2011/10/22/kamu-kebiasaanmu/ :D*

-- hit me on @dinikopi

6 komentar:

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?