Rabu, 28 Agustus 2013

Saudara Kembar

1 comment    
categories: 
Jadi bagaimana rasanya memiliki saudara kembar?
Aku bertaruh, pasti menyenangkan.

Kami bisa duduk selama berjam-jam dalam keheningan dan masih terhubung satu sama lain.
Mungkin aku sedang menulis dan dia larut dalam adukan kopinya yang mengebul.

Saat jalan beriringan, kami akan melihat ke arah yang sama, mengomentari tanpa bersuara, dan melemparkan pandangan "tadi kamu lihat apa yang aku lihat kan". Lalu bersamaan terkikik.

Bila hari terburuk datang, ia hanya cukup memandangku saja. Dan aku bersumpah tidak akan menanyakan apa pun sampai tiba waktu yang ia pikir tepat untuk mengeluarkannya.

Ia dapat berjam-jam melontarkan keluhnya tentang segerombolan senior di koridor yang mencibir setelah memindainya hingga ujung kaki. Sedangkan aku akan duduk tepat di sebelahnya. Mendengarkan dengan seksama sambil menggenggam lengannya. Walau hanya dengan anggukan, remasan tangan, dan raut sedih yang kupancarkan, aku akan menguatkannya.

Gambar dari : http://weheartit.com/entry/74838515/via/dinikopi
Kami akan berbagi selera makan yang sama. Di saat aku memesan siomay dengan sedikit bumbu kacang, dibubuhi kecap, serta tanpa saus, dia pun akan memesan hal yang sama. Atau di hari yang panas, saat ia mengantongi jus markisa tanpa gula, aku dapat memastikan akan mengambil pilihan yang sama di hari panas lainnya.

Aku dapat memaklumi jika di jam istirahat sekolah, ia akan bergabung dengan teman-temannya yang memiliki selera musik berbeda dengan playlistku. Sedangkan aku akan berbaur dengan para kutu buku di sudut perpustakaan. Aku tak akan menyalahkannya jika terlalu bosan mengecapi kehadiranku dua puluh empat jam. Namun di penghujung hari, kami akan saling pulang satu sama lain. Menemukan rumah yang sama di dalam diri satu sama lain.

Ralat. Mungkin bukan hanya ia yang merasa bosan. Aku pun pasti menjajaki perasaan yang sama suatu saat. Jenuh dengan tatapan satu sama lain atas nama terlalu sering bertemu. Mungkin kesenangan akan menguap dari detik-detik kami akan bertemu. Tapi aku harap ia tahu jalan kembali pulang setelah mereka yang ia sebut teman, meninggalkannya. Kuharap ia akan terus mengandalkanku untuk menyembuhkan luka dan berbagi beban. Itu gunanya saudara kembar, bukan?

Dunia boleh luruh di depannya, tapi aku bisa memastikan ia tak akan menghadapinya sendirian.

Well, jadi mungkin begitu rasanya memiliki saudara kembar.
Saling melengkapi.
Tapi aku tak punya saudara kembar satu pun.

Tunggu sebentar.
Dilihat dari ciri-cirinya, sepertinya saudara kembar yang kusebut di atas, lebih mirip kamu.
Mungkin saja semesta memang menghadirkan kamu menjadi saudara kembarku.
Untuk menggenapiku.

-- hit me on @dinikopi

1 komentar:

  1. InsyaAllah kita saudara kembar
    Punya 2 mata , 2 tangan dan masih banyak bagian kembar yang lain.
    Semua kita saudara
    Salam

    BalasHapus

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?