Senin, 08 Oktober 2012

Kalah Adalah Kesempatan Belajar

No comments    
categories: 
Seperti yang selalu saya tulis di blog ini, saya ikut Gradien Writer Audition sejak sebulan yang lalu. Saya berhasil melali tantangan demi tantangan dengan baik. Dibuktikan dari lolosnya saya setiap minggu dan dikirimkan tugas lagi di hari Selasanya untuk dikumpulkan maksimal jam 12 siang di hari Minggu.

Untuk dua tugas terakhir, saya agak kesulitan karena mulai menuntut kemampuan menulis dengan panjang. Sekitar 7-10 halaman A4. Saya yang penulis pemula perlu dengan cermat membagi waktu menemukan ide, mengendapkan gagasan, menulis, lalu mengedit. Tiga tahap harus saya laksanakan dalam maksimal lima hari agar tidak gugur.

Gambar dari : http://pinterest.com/pin/167196204886554963/
Belum lagi apabila ada kesulitan mendapatkan perasaan yang tepat ketika membaca ulang apa yang baru saja saya tulis. Saya harus berkali-kali mengedit tulisan saya agar pesan dan eksplorasi karakternya tersampaikan dengan tepat seperti apa yang saya rasakan. Dan saya tak ingin ada ide yang tak diendapkan. Karena terbukti sekali langkah "mengendapkan ide" pernah menyelamatkan saya dari fiksi-fiksi hambar. Membuat saya mencermati sudut pandang dengan lebih dalam.

Di tugas keempat, saya berusaha memberikan yang terbaik yang saya bisa. Tugas "menunggu kekasih" jauh lebih mudah daripada tugas "menguburkan anak". Saya perlu memikirkan masak-masak bagaimana pembaca bisa ikut sedih di cerita pemakaman ini. Apalagi saya belum pernah menulis soal pemakaman. Duh, tantangannya berlipat ganda.

Tapi, akhirnya saya berhasil mengirimkan naskah sebelum tenggat waktu habis, dan menunggu dengan harap-harap cemas email berisi tugas di hari Selasa.

Tapi ternyata email itu tidak pernah sampai...

Ya, saya nggak lolos ke tugas GWA05. Saya hanya mampu mencapai sampai tugas minggu keempat. Begitu tahu saya tidak mendapatkan email, jujur saya seperti tidak terima. Saya sepertinya mengerjakan tugas seperti yang diminta. Tidak telat, jumlah kata yang memadai, dan saya tidak salah menulis naskah.

Gambar dari : http://pinterest.com/pin/210261876322388001/
Setelah mencermati kembali saat kepala dingin, baru saya menyadari kesalahan saya. Ada satu detail yang saya lupakan yaitu tentang pemakaman anak yang harus ditulis ini adalah anak laki-laki. Padahal saya jelas-jelas menulis tentang anak perempuan. Astaga betapa bodohnya saya :(

Jujur saya butuh waktu beberapa hari untuk menenangkan diri. Saya hanya ingin belajar fiksi kok. Saya kepengen belajar, kok susah sekali rasanya. Tapi, makin lama, saya semakin menertawakan sifat kekanakkan saya tadi.

Ya udahlah ya, mungkin memang saya yang keliru dan ceroboh. Ini salah saya sendiri melupakan detail kecil. Dan kekalahan audisi ini bukan berarti saya mundur, saya harus maju! Saya harus bisa berkarya di ajang yang lain dan meneruskan mimpi saya untuk menerbitkan buku kumpulan cerita pendek secara solo.

Harus bisa kok, semua memang ada jalannya. Semua naskah sudah memiliki jalurnya masing-masing. Saya yakin kok masih banyak peluang-peluang yang bisa saya ciptakan. Bahwa kalah adalah kesempatan belajar. Bahwa kalah membuka pintu peluang lain.


-- hit me on @dinikopi

0 respon:

Posting Komentar

Itu sih kata @dinikopi, menurut kamu?